Masyarakat Lebih Responsif Terhadap Pilpres Ketimbang Pileg, Menurut Anggota DPR RI Fraksi PKB

by -212 Views
Masyarakat Lebih Responsif Terhadap Pilpres Ketimbang Pileg, Menurut Anggota DPR RI Fraksi PKB

Anggota DPR RI dari Fraksi PKB yang mewakili Dapil Jabar X (Kuningan, Ciamis, Banjar, Pangandaran) mengatakan bahwa saat ini masyarakat lebih merespon Pemilihan Presiden (Pilpres) daripada Pemilihan Legislatif (Pileg).

Pernyataan ini disampaikan oleh Yanuar dalam wawancara dengan sejumlah wartawan setelah menjadi pemateri dalam acara Sosialisasi Program Strategis Kementerian ATR/BPN di Hotel Grand Cordella, Jalan Siliwangi Kuningan, Selasa (24/10/2023).

Menurut Yanuar, Pilpres bukan hanya masalah politik karena minat masyarakat terhadap Pilpres jauh lebih besar daripada Pileg, terlebih lagi Partai. Di Kuningan khususnya, Yanuar menyebut bahwa tanggapan masyarakat sangat luar biasa. Dia juga telah berkomunikasi dengan berbagai pihak di lapangan, seperti para Kyai, Ustadz, tokoh pemuda, kaum ibu, dan bahkan orang-orang yang belum pernah berpolitik.

“Ketika ditanya tentang Pilpres, masih ada tanggapan. Tapi ketika bahas Pileg, tidak semua orang mau ikut-ikutan. Tapi animo masyarakat terhadap Pilpres luar biasa,” ujar Yanuar.

Selanjutnya, hampir semua yang ditanya tentang pasangan Capres-Cawapres Anies-Imin (Amin), memberikan respon yang sangat positif. Bahkan beberapa elemen yang telah berinteraksi dengannya, telah meminta izin untuk mendirikan relawan untuk Amin.

“Tidak apa-apa, itu adalah inisiatif warga. Maksudnya relawan. Karena relawan adalah satu komunitas, satu kelompok yang mereka inisiatif untuk mengorganisir diri mereka sendiri, kemudian proses untuk mendukung Capres yang mereka inginkan. Itu diluar Partai, karena Partai memiliki aturan sendiri karena terikat dengan DPP,” ujar Yanuar.

Tentang potensi adanya perolehan suara NU antara pasangan Anies-Imin dan Ganjar-Mahfud, menurut Yanuar tidak ada masalah. Karena di PDIP ada Mahfud MD dan di PKB ada Gus Muhaimin, tidak ada masalah karena semuanya memiliki jalur masing-masing dan memiliki pangsa pasar masing-masing.

“Kalau Ketum PKB itu Gus Muhaimin, semua sudah tahu kemana melangkah dan komunikasinya ke mana. Kalau kata orang Sunda, ‘kemana norolongna’, itu sudah terlihat oleh publik. Tapi kalau Pak Mahfud saya tidak tahu,” tuturnya.

Yanuar menegaskan bahwa NU tidak pecah, karena Nahdliyin bukanlah satu komunitas yang harus secara formal mendukung Capres atau Cawapres tertentu. Karena Nahdliyin memiliki kebebasan.

“Tapi jangan lupa, bahwa Nahdliyin juga memiliki tradisi yang tidak selalu dilembagakan. Mereka melihat siapa orang yang bisa dipercaya untuk memperjuangkan mereka ke depan. Memperjuangkan apa? Biasanya memperjuangkan syiar Islam, memperjuangkan kesejahteraan warga NU, lembaga pendidikan NU, terutama yang berbasis Pesantren, Majelis Taklim, dan lain-lain. Kemudian juga mengenai kesehatan, lapangan pekerjaan, dan sebagainya,” ungkap Yanuar.

“Orang-orang NU kebanyakan berada di sektor agraris, pertanian, dan perkebunan. Beberapa mengelola lembaga pendidikan. Mereka semua sudah tahu. Siapa yang berkaitan dengan Ketum Cak Imin atau Pak Mahfud? Semua sudah tahu, sudah bisa menjawab. Track record mereka berbeda,” tambahnya.

Menanggapi apakah Amin diuntungkan dengan munculnya pasangan Capres-Cawapres lain, menurutnya hal itu bisa saja menjadi ekspresi publik. Meskipun begitu, itu bukanlah satu-satunya patokan.

“Soal kemenangan Pilpres, setiap calon memiliki strategi dan metode masing-masing,” pungkasnya.