Sektor Keuangan Siap Meraup Keuntungan Dalam Pasar Tenaga Kerja yang Melambat di AS

by -157 Views
Sektor Keuangan Siap Meraup Keuntungan Dalam Pasar Tenaga Kerja yang Melambat di AS

Pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) mulai mengalami penurunan. Ini terbukti dari peningkatan tingkat pengangguran dan perlambatan penciptaan lapangan kerja di sektor nonfarm payrolls.

Data tenaga kerja yang buruk ini merupakan kabar baik bagi dunia karena menunjukkan perlambatan inflasi, yang memungkinkan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk melonggarkan kebijakan moneternya.

Pada bulan tersebut, penciptaan lapangan kerja nonfarm payrolls hanya meningkat sebesar 150.000, lebih rendah dari perkiraan konsensus Dow Jones yang memperkirakan kenaikan sebesar 170.000.

Tingkat pengangguran AS juga meningkat menjadi 3,9% pada bulan Oktober. Angka ini lebih tinggi dari prediksi pasar dan bertentangan dengan ekspektasi bahwa angka tersebut akan tetap stabil di 3,8%.

Pasca dirilisnya data tersebut, pasar bereaksi positif dengan kontrak berjangka yang terkait dengan Dow Jones Industrial Average mengalami kenaikan sebesar 100 poin.

Meskipun data-data ini memberikan sentimen negatif bagi pasar tenaga kerja, namun dapat memberikan sentimen positif bagi pasar keuangan. Perlambatan pasar tenaga kerja dapat mengakibatkan penurunan inflasi karena daya beli masyarakat mengalami perlambatan. Penurunan inflasi ini memungkinkan The Fed untuk mengendurkan kebijakan suku bunga.

Data tenaga kerja yang dirilis hari ini semakin memperkuat indikasi bahwa pasar tenaga kerja AS sedang mengalami penurunan. Pada Kamis kemarin, AS juga melaporkan peningkatan klaim pengangguran sebesar 5.000 menjadi 217 ribu pada pekan yang berakhir pada 28 Oktober. Jumlah ini melebihi ekspektasi pasar sebesar 210.000.

Sebagai informasi tambahan, sektor tenaga kerja AS menjadi sorotan pada bulan Oktober karena adanya demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh ribuan pekerja sektor otomotif, hiburan, dan kesehatan.

Data Tenaga Kerja AS mencatat sekitar 48.100 pekerja melakukan demonstrasi pada bulan Oktober, jumlah ini merupakan rekor tertinggi sejak Februari 2004 atau 19 tahun lalu. Data tenaga kerja AS menjadi salah satu pertimbangan utama The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunga.

Jika pengangguran di AS meningkat, hal ini akan menjadi kabar baik bagi pasar keuangan Indonesia karena dapat mempengaruhi kebijakan moneternya ke arah pelonggaran.

Sumber: CNBC Indonesia