Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2% pada tahun 2024. Namun, untuk mencapai target ini, Indonesia masih akan dihadapkan pada tekanan ekonomi global yang berpotensi melambat.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, menyatakan bahwa dengan perkembangan geopolitik terkini, termasuk peristiwa di Ukraina dan middle east, mencapai target pertumbuhan ekonomi tersebut tidak akan mudah.
Beberapa lembaga internasional, termasuk IMF, memperkirakan pertumbuhan ekonomi global hanya akan tumbuh 2,9% pada tahun depan, lebih rendah dari perkiraan tahun sebelumnya. Inflasi juga diprediksi akan tetap tinggi, meskipun turun dari tahun sebelumnya.
Penyebab lemahnya pertumbuhan ekonomi global ini antara lain disebabkan oleh inflasi yang masih tinggi, pelemahan ekonomi China, volatilitas harga komoditas, perang di sejumlah wilayah, fragmentasi geoekonomi, perubahan iklim, dan risiko debt distress.
Meskipun begitu, Febrio menegaskan bahwa berbagai risiko tersebut akan mulai melunak pada tahun 2024, terutama terkait tekanan suku bunga acuan bank sentral global. Namun, tekanan pelemahan ekonomi yang dipengaruhi suku bunga the Fed juga menjadi risiko yang paling berat saat ini.
Meskipun demikian, perekonomian Indonesia masih dinilai stabil, dengan inflasi yang terjaga di level 2,3%-2,4% serta pertumbuhan ekonomi selama 7 kuartal berturut-turut di level atas 5%. Investasi pun terus masuk, meskipun menjelang tahun politik pada 2024.
Febrio menekankan bahwa meskipun tahun 2024 terlihat mengkhawatirkan bagi banyak orang dan negara, namun terdapat banyak alasan untuk tetap optimis. Dengan risiko yang dapat dikelola, Indonesia diharapkan dapat tetap resilient dan vibrant pada tahun 2024.