Biaya hidup yang semakin tinggi membuat sebagian masyarakat memilih menggunakan tabungan mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Cara ‘subsidi’ dari tabungan menjadi opsi, karena gaji tak kunjung naik sementara biaya hidup sehari-hari makin meninggi.
Fikri, seorang pegawai satuan keamanan selalu khawatir setiap kalender menunjukkan tanggal 20 ke atas. Uang yang dia siapkan untuk biaya hidup selama satu bulan pasti sudah hampir habis. Dengan terpaksa, pria 29 tahun ini menggunakan tabungannya untuk bertahan sampai tanggal gajian tiba.
“Sekitar Rp 500 ribu sampai Rp 600 ribu per bulan,” kata dia, Senin (4/11).
Fikri mencermati kebiasaannya makan tabungan ini sebenarnya hal baru. Dia memperkirakan, baru 3 bulan ini merasakan keuangannya morat-marit hingga harus memakai duit tabungan di akhir bulan.
Gajinya sebagai satuan pengamanan memang tidak besar, di bawah Rp 5 juta. Namun, biasanya uang itu cukup dia gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama sebulan.
Fikri menceritakan gajinya biasanya dia bagi ke beberapa pos pengeluaran, seperti menabung, memberi uang ke orang tua, dan membayar cicilan ponsel. Sisa uang dari pengeluaran itulah yang dia gunakan untuk kebutuhan sehari-hari mulai dari makan, bensin, dan rokok.
Dia merasakan lonjakan pengeluaran yang kelewat tinggi di bulan November kemarin. Pengeluarannya bertambah karena harus membayar uang arisan dan servis motor. Walhasil, makan tabungan saja tidak cukup. Fikri harus meminjam uang ke dua orang kerabatnya. “Itu berarti udah parah banget minusnya,” kata dia.
Dia sendiri mengaku tidak tahu apa yang menjadi penyebab pengeluarannya selalu membengkak dalam waktu 3 bulan ini. Namun, dia menduga naiknya harga rokok dan bensin menjadi pemicu utama yang menyebabkan dia harus makan tabungan.
Fikri mengaku terpaksa ingin mengambil tabungannya yang kelak akan dia gunakan untuk menikah. Akan tetapi, pilihan yang ada memang tidak banyak.
Oleh karena itu, dia selalu berusaha menyisihkan gajinya untuk membayar tabungan yang dia ambil di bulan lalu. “Sebulan sekali kan saya terima gaji, saya pinjam dulu duit tabungan, nanti diganti lagi, begitu berputar terus,” ujar dia.
Direktur Eksekutif Center of Reform Economics (CORE) Mohammad Faisal menjelaskan bahwa fenomena ini terjadi karena penurunan pendapatan, sehingga porsi tabungan harus diambil untuk menutupi kebutuhan hidup.
Penurunan paling tajam terjadi pada masyarakat pendapatan menengah ke atas. Padahal, sebelumnya kelompok tersebut memiliki porsi yang cukup untuk mempunyai porsi tabungan yang lebih tebal. Kelompok bawah cenderung sedari awal tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk menabung, sehingga saat terjadi penurunan pendapatan dan kenaikan konsumsi, porsi tabungan mereka relatif tidak berkurang banyak.