Pejuang-pejuang Partisan Timor Timur

by -117 Views
Pejuang-pejuang Partisan Timor Timur

Prabowo Subianto adalah penulis artikel ini yang diambil dari Buku Kepemimpinan Militer 1: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto. Dalam artikel tersebut, ia mengisahkan tentang Abilio Jose Osorio Soares dan Francisco Deodato do Rosario Osorio Soares, kakak adik keluarga pimpinan Partai Apodeti yang sangat pro Indonesia. Mereka juga merupakan pimpinan suku-suku yang pro-Indonesia.

Menurut Prabowo, sebagian rakyat Timor Timur sudah lama ingin bergabung dengan Indonesia sejak tahun 1950-an. Pemberontakan besar terjadi pada tahun 1959 di Timor Timur, yang berpusat di daerah Uato-Lari dan Viqueque. Portugis membalas dengan kekejaman yang menyebabkan banyak tokoh dan rakyat yang pro Indonesia tewas. Hal ini menunjukkan bahwa keinginan untuk bergabung dengan Indonesia bukan hanya terjadi sejak tahun 1973, 1974, atau 1975, tetapi sudah ada sejak puluhan tahun sebelumnya.

Pada saat Indonesia masuk ke Timor Timur pada tahun 1975, Prabowo menekankan bahwa sebagian tokoh dan suku di Timor Timur sudah lama ingin bergabung bersama Indonesia. Keluarga Osorio Soares adalah contoh nyata dari tokoh-tokoh yang ingin bergabung dengan Indonesia sejak lama. Beberapa dari mereka bahkan berhasil bergabung dengan pasukan TNI untuk melawan Fretilin.

Prabowo juga menyoroti kesetiaan dan keberanian dari para partisan Timor Timur yang siap berkorban nyawa, harta, dan meninggalkan segala yang mereka miliki demi memperjuangkan kemerdekaan Timor Timur di bawah bendera Indonesia. Menurutnya, pelajaran berharga yang dapat dipetik dari mereka adalah nasionalisme, rasa cinta tanah air, dan komitmen kepada konsep-konsep Indonesia.

Ia juga memuji keberanian dan keterampilan alamiah dari para partisan, meskipun mereka mungkin tidak memiliki latar belakang pendidikan formal yang tinggi. Kesetiaan mereka kepada Indonesia tetap teguh meskipun mereka harus meninggalkan segalanya dan pindah ke wilayah Indonesia setelah Timor Timur dipaksa untuk melepaskan diri dari Indonesia.

Prabowo menutup artikelnya dengan menekankan betapa pentingnya untuk tidak melupakan orang-orang yang setia kepada bangsa Indonesia, dan berharap agar kehidupan mereka, terutama anak-anak mereka, dapat diperbaiki di masa depan.