Sejumlah kalangan ekonomi mengakui kondisi kelas menengah di Indonesia saat ini tidak baik-baik saja. Bila kondisinya terus dibiarkan dan tak mendapat penanganan atau perhatian pemerintah, bisa berujung pada krisis berupa revolusi.
Kondisi kelas menengah yang tengah tidak baik itu tercermin dari pembelian barang-barang bertahan lama atau durable goods yang anjlok beberapa bulan terakhir. Di antaranya sepeda motor dan mobil yang beberapa hari lalu disebut-sebut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati penjualan min kembali dari 6 bulan berturut-turut.
“Tren penurunan pembelian durable goods saat ini memang menjadi indikasi dari pelemahan daya beli masyarakat,” kata Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede kepada CNBC Indonesia, Rabu (27/3/2024).
Josua menjelaskan, berdasarkan Indeks Keyakinan Konsumen Bank Indonesia, ada pola yang menunjukkan indikasi pelemahan persepsi konsumen, terutama masyarakat menengah dengan pengeluaran di atas Rp 2 juta per bulan pada Februari 2024.
Josua menduga kenaikan harga-harga pangan menekan masyarakat kelas menengah yang tidak mendapatkan bantuan sosial pemerintah. Oleh karena itu, penanganan yang dapat dilakukan pemerintah adalah terus berupaya menjaga harga-harga kebutuhan pokok, terutama pangan.
Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo mengungkapkan, mengingat adanya periode Ramadhan dan Idul Fitri, yang secara musiman terdapat kenaikan permintaan pada bahan pangan dan sandang, memang bisa menyebabkan pembelian durable goods menjadi anjlok.
Oleh sebab itu, dia menekankan yang perlu menjadi perhatian pemerintah adalah pengendalian harga-harga saat ini untuk menopang daya beli masyarakat, termasuk kelas menengah.
Data Mandiri Spending Index pun menunjukkan bahwa kelompok masyarakat kelas bawah justru paling gencar belanja saat ini karena daya belinya terbantu program-program bantuan sosial (bansos) pemerintah. Belanjanya paling tinggi hingga Maret 2024, mencapai 306,1 dari kisaran atas 150 pada Januari 2023.
Sedangkan kelas menengah cenderung stagnan dan terus melemah ke level 183,5 dari kisaran atas 100 pada Januari 2024, dan turun dari posisi Desember 2023 di kisaran atas 2022. Kelas atas juga terbilang stagnan dengan angka terakhir indeks di level 129,5 dari Januari 2023 di kisaran atas 100.