Jakarta, CNBC Indonesia – Fenomena cuaca La Nina diprediksi akan terjadi di Indonesia. Hal ini dapat menyebabkan gagal panen dan kenaikan harga beras. Badan Pangan Nasional (Bapanas) telah menyiapkan langkah antisipasi untuk menghadapi fenomena cuaca tersebut.
Menurut BMKG, El Nino adalah anomali suhu permukaan laut di wilayah Pasifik Tengah Ekuator yang lebih panas dari rata-rata. Sementara La Nina adalah kondisi sebaliknya, yaitu dengan suhu permukaan laut yang lebih dingin dari rata-rata. Pengaruh El Nino terhadap curah hujan di Indonesia tergantung pada beberapa faktor, termasuk suhu perairan di wilayah Indonesia.
El Nino dapat secara signifikan mengurangi curah hujan di Indonesia jika disertai dengan suhu perairan Indonesia yang cukup dingin. Namun, jika suhu perairan lebih hangat, El Nino tidak akan berpengaruh signifikan terhadap curah hujan. Sebaliknya, La Nina cenderung meningkatkan curah hujan di Indonesia jika disertai dengan peningkatan suhu permukaan laut di perairan Indonesia.
Untuk menghadapi anomali cuaca La Nina atau hujan ekstrem, Bapanas telah menyiapkan sejumlah langkah. Salah satunya adalah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian untuk melakukan manajemen tanam yang disesuaikan dengan prediksi BMKG. Budi Waryanto dari Bapanas mengatakan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementan agar tanam dan panen dilakukan sesuai dengan prediksi BMKG.
Selain itu, pemerintah juga akan melakukan pemantauan khusus pada daerah sentra hortikultura, seperti sentra cabai dan bawang merah di Brebes, Solo, dan daerah lainnya. Bapanas juga akan menyiapkan bantuan cool storage atau mesin pendingin di daerah sentra produksi untuk menyimpan produk hortikultura agar tidak cepat membusuk.
Dengan manajemen penanaman yang baik dan teknologi yang mendukung, dampak La Nina terhadap komoditas pangan dapat teratasi. Masyarakat diharapkan tetap bisa mendapatkan stok pangan yang cukup dan harga yang terjangkau.
BMKG telah mengungkapkan bahwa El Nino akan segera berakhir dan digantikan oleh La Nina. La Nina diperkirakan akan muncul mulai Juli 2024 dan melemah setelah triwulan ketiga. Beberapa prediksi juga menunjukkan hal yang serupa, seperti yang diungkapkan oleh Institute for Climate and Society (IRI).
Pada akhirnya, pemerintah dan instansi terkait diharapkan dapat bersiap menghadapi dampak La Nina untuk menjaga ketersediaan pangan di Indonesia.