Gelombang demonstrasi besar-besaran kini terjadi di Amerika Serikat (AS). Protes bahkan meluas ke kampus-kampus elit di negara tersebut.
Sejak akhir pekan lalu, aksi demonstrasi menyuarakan tuntutan untuk gencatan senjata segera di Gaza, menghentikan serangan Israel, dan mendesak pemerintah AS untuk tidak berpihak. Demonstrasi tersebut melibatkan Universitas Colombia, MIT, University New York (NYU), Universitas Michigan, dan Universitas Yale.
Menurut laporan The Independent pada hari Kamis waktu AS, demonstrasi memanas dan aparat keamanan kampus dipanggil untuk membubarkan massa. Polisi dilaporkan menggunakan perlengkapan antihuru-hara dan kekerasan untuk membubarkan para mahasiswa yang melakukan demonstrasi damai. Lebih dari 500 orang ditangkap.
Tindakan polisi yang menggunakan kekerasan, seperti memukuli, melempar ke tanah, dan menggunakan gas air mata terhadap mahasiswa yang sedang melakukan protes, direkam oleh kamera. Salah satu video dari Universitas Emory di Atlanta menunjukkan polisi menggunakan taser pada seorang pria kulit hitam yang ditahan oleh tiga petugas di lapangan.
Saksi mata juga melaporkan adanya penggunaan peluru karet, proyektil non-matian ke arah kerumunan. Di universitas Atlanta, 18 orang dilaporkan telah ditangkap.
Seorang juru bicara universitas menyatakan, “Kerumunan pengunjuk rasa yang berkumpul di kampus tidak diakui sebagai anggota komunitas kami dan mengganggu universitas saat mahasiswa kami menyelesaikan kelas dan mempersiapkan ujian akhir.”
Departemen Kepolisian Atlanta menyebut bahwa eskalasi kekerasan terjadi karena aksi mahasiswa. Mereka menyatakan bahwa petugas mereka “mendapat kekerasan” ketika mereka berusaha “mengamankan kampus”.
Di Universitas Southern California, seorang senior bernama Alan mengungkapkan bahwa protes damai mahasiswa tiba-tiba berubah menjadi tegang saat polisi bersenjata tiba dengan peluru karet dan perlengkapan antihuru-hara untuk membubarkan demonstran. Kejadian tersebut menyebabkan ketegangan semakin tinggi, dan setidaknya 93 orang ditangkap.
Di Universitas Texas, kejadian serupa terjadi. Sebanyak 34 orang, termasuk seorang fotografer dari Fox 7, ditangkap di Austin.
American Civil Liberties Union (ACLU) menyatakan, “Amandemen Pertama menjamin hak masyarakat di Texas dan seluruh negara untuk melakukan protes, termasuk mereka yang mendukung warga Palestina.”
Ketua DPR Mike Johnson dari Partai Republik menyarankan penggunaan Garda Nasional untuk meredakan protes terkait gencatan senjata Gaza, terutama di Universitas Columbia. Jika situasi tidak mereda, Johnson berencana akan meminta Presiden Biden untuk memanggil Garda Nasional ke kampus.
Protes mahasiswa terhadap perang di Gaza telah sering terjadi di kampus-kampus sejak perang pecah. Namun, protes semakin meningkat akibat peningkatan jumlah warga Palestina yang tewas. Kondisi Gaza saat ini mengalami krisis dengan jumlah korban yang terus bertambah.
Sementara itu, Gedung Putih belum memberikan tanggapan jelas terkait tuntutan mahasiswa ini. Namun, juru bicara Gedung Putih menyatakan bahwa hal ini menjadi tanggung jawab pemerintah negara bagian, bukan presiden.
(Artikel ini disusun berdasarkan berita asli CNBC Indonesia)