VICE ADMIRAL TNI POSTHUMOUS YOSAPHAT SUDARSO (YOS SUDARSO)

by -57 Views

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I: Pemimpin Teladan dari Angkatan Bersenjata Indonesia]

Yos Sudarso bercita-cita menjadi seorang prajurit sejak kecil, meskipun orang tuanya lebih memilih jika dia menjadi seorang guru. Yos Sudarso mewujudkan impian tersebut setelah pemerintah Jepang membutuhkan personel militer tambahan untuk menghadapi Perang Asia Timur Raya.

Dia kemudian mengikuti pendidikan di Akademi Angkatan Laut di Semarang dan mengikuti pendidikan militer laut bersama Angkatan Laut Jepang, dari mana ia lulus sebagai salah satu siswa terbaik. Dia kemudian bertugas di salah satu kapal militer Jepang.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, ia bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat di bidang maritim (BKR Laut), yang kemudian menjadi bagian dari Angkatan Laut Republik Indonesia.

Selama karirnya, Yos Sudarso bertugas dalam berbagai operasi militer untuk memberantas pemberontakan yang terjadi di wilayah Republik Indonesia. Dia memimpin beberapa Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) seperti KRI Rajawali, KRI Alu, KRI Gajah Mada, KRI Pattimura, dan KRI Macan Tutul. Pada tahun 1958, ia juga bertugas sebagai hakim di sebuah pengadilan militer selama empat bulan.

Pada akhir tahun 1961, Presiden Sukarno memerintahkan Tri Komando Rakyat (TRIKORA), yang mencakup operasi di Laut Aru dekat Maluku untuk mendukung misi membebaskan Papua Barat dari Belanda. Saat itu, Yos Sudarso menjabat sebagai Wakil Kepala Operasi Angkatan Laut (KSAL). Ada tiga KRI yang terlibat dalam operasi rahasia di perairan Maluku, yaitu KRI Macan Tutul, KRI Macan Kumbang, dan KRI Harimau. Yos Sudarso memimpin KRI Macan Tutul.

Tiga kapal perang besar dengan persenjataan lengkap milik armada perang Belanda mencurigai gerakan Yos Sudarso dan tiga unit KRI yang beroperasi di Laut Aru. Yos Sudarso memerintahkan ketiga KRI untuk mundur sementara, namun Belanda menganggapnya sebagai manuver untuk menyerang dan kemudian membuka tembakan.

Mesin KRI Macan Tutul yang dipimpin oleh Yos Sudarso tiba-tiba rusak di tengah upaya penyelamatan. Dengan pemikiran cepat, Yos Sudarso menyadari bahwa ia tidak bisa menyelamatkan kapalnya, tetapi ia bisa menyelamatkan dua kapal lainnya. KRI Macan Tutul yang dipimpinnya kemudian menempatkan dirinya di antara kapal perang Belanda sebagai perisai sehingga dua KRI lainnya dapat menyelamatkan diri. Tembakan kedua kapal Belanda mengenai KRI Macan Tutul, membuatnya terbakar, dan akhirnya tenggelam perlahan.

Yos Sudarso meninggal bersama 24 orang lainnya dalam misi dengan KRI Macan Tutul dalam pertempuran di Laut Aru. Ia mengorbankan nyawanya dalam tugas demi kepentingan negara pada usia muda 36 tahun.

Source link