Tren Investasi Ratusan Triliun Masuk RI, Namun Tingginya Tingkat Pengangguran Masih Terjadi

by -62 Views

Investasi Indonesia Tumbuh 22,3%, Tapi Pelaku Usaha Keluhkan Serapan Tenaga Kerja yang Rendah

Jakarta, CNBC Indonesia – Realisasi investasi per semester I-2024 mencapai Rp 829,9 triliun atau naik 22,3% dibanding periode yang sama tahun lalu. Namun, realisasi investasi tersebut mendapat kritikan dari pelaku usaha dalam negeri, karena hanya menyerap 1,22 juta orang tenaga kerja.

Merespons hal itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, tren realisasi investasi yang masuk ke Indonesia saat ini lebih ke sektor padat modal seperti industri besi dan baja. Maka, yang terjadi ialah aliran modalnya yang masuk deras.

“Ya tentu kan investasi yang terakhir kan kita lihat semuanya di industri baja. Baja itu industri yang capital intensive,” kata Airlangga saat ditemui di kantornya, Jakarta, dikutip Selasa (30/7/2024).

Oleh sebab itu, pemerintah juga akan mendorong investasi padat karya ke depan untuk meningkatkan serapan tenaga kerja dari hasil investasi yang masuk. Salah satu yang menjadi target investasi padat karya ke depan ialah sektor semikonduktor.

“Nah salah satu labor intensive kan terkait dengan di semikonduktor. Tapi di fase terakhir, testing dan pabrikasi, ini yang terus lagi kita dorong,” tegasnya.

Seiring dengan itu, sumber daya manusia (SDM) akan terus disiapkan untuk memenuhi kebutuhan industri padat karya tersebut. Salah satu caranya dengan pendidikan vokasi, seperti yang telah disiapkan melalui Politeknik Industri Logam Morowali dan Politeknik Industri Petrokimia Banten.

“Hilirisasi kan butuh sarjana metalurgi, tapi kan kita enggak mungkin Kartu Prakerja metalurgi, memangnya Kartu Prakerja 9 semester. Itu pun enggak semua perguruan tinggi aja kan bisa. Jadi itu harus special,” tutur Airlangga.

“Contoh smelter itu melalui vokasi 1 tahun. Nah pada waktu di perindustrian kan kita bangun politeknik di Morowali, nah kita juga harus bangun misalnya di petrokimia di Cilegon, jadi itu yang harus politeknik-politeknik yang dibangun,” ucap Airlangga.

Adapun kritikan terkait minimnya investasi menghasilkan serapan tenaga kerja saat ini disampaikan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani. Ia mengatakan, selama lima tahun terakhir besaran investasi tak mencerminkan serapan tenaga kerja yang tinggi.

“ini ada impactnya ke dalam investasi. Sebenarnya secara umum sudah baik, namun masalah ini kualitas pekerjaan, produktivitas, dan penghasilan pekerja,” ujar Shinta.

Dalam catatan Apindo, pada 2019 realisasi investasi yang masuk ke Indonesia sebesar Rp 809,2 triliun, namun mampu menyerap 1.033.835 pekerja atau 1.277 pekerja per triliun. Lalu, pada 2020, realisasi investasi Rp 826,3 triliun mampu menyerap 1.156.361 pekerja atau 1.371 pekerja per triliun.

Saat 2021, investasi Rp 901 triliun bahkan bisa menghasilkan 1.207.893 pekerja atau 1.340 pekerja per triliun. Pada 2022, investasi sebesar Rp 1.207 triliun menyerap 1.305.001 pekerja atau 1.081 pekerja per triliun.

Sementara itu, pada 2023, investasi sebesar Rp 1.418, 9 triliun yang masuk hanya menghasilkan 1.823.543 pekerja atau 1.285 pekerja per triliun. Padahal, pada 2013, dengan investasi sebesar Rp 398,3 triliun, lapangan kerja yang dihasilkan bisa menyerap 1.829.950 pekerja.

(arj/mij)