LIEUTENANT GENERAL TNI (RET.) YOGIE SUARDI MEMET

by -57 Views

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer Dari Pengalaman Bab I: Pemimpin Teladan dari Tentara Nasional Indonesia]

Pak Yogie memang seperti kebanyakan generasi ‘45. Wajahnya bersahabat. Matanya tajam dan sikapnya sangat percaya diri. Dia sangat disiplin dan sangat berpengetahuan. Dia fasih berbicara dalam berbagai bahasa asing, dan tentu saja, dia sangat patriotik.

Nilai kunci yang saya pelajari dari generasi ‘45 adalah cinta tanah air yang tanpa syarat. Mereka juga penuh kepercayaan diri karena berhasil mengusir penjajah.

Dalam pertemuan pertama saya dengannya, saya terkesan bahwa dia mengingatkan saya, atau memperingatkan saya, untuk selalu menghormati kedua orang tua saya. Dia sangat taat beragama dan rajin ke masjidnya. Dia yang pertama aktif mempersempit perilaku yang kurang teratur di Korps Baret Merah.

Saya mengenal Pak Yogie Suardi Memet ketika saya lulus dari pelatihan komando di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pasukan Khusus (PUSDIKLATPASSUS), Batujajar. Saya saat itu Letnan Dua. Setelah lulus, saya melapor kepada Komandan KOPASSANDHA saat itu, Brigadir Jenderal Yogie Suardi Memet.

Meskipun posturnya tidak terlalu tinggi, penampilannya sangat menarik. Dia sangat rapi, dengan rambut pendek, kumis yang rapi, dan seragam yang pas. Bahkan tidak satu sentimeter pun lemak terlihat. Dia suka melipat lengan bajunya untuk menunjukkan otot biceps dan triceps nya yang besar. Dia tegas namun bersahabat.

Dia merupakan contoh dari generasi ’45, penuh keyakinan setelah mengalahkan penjajah asing dan menunjukkan cinta tanah air yang kuat dan tanpa syarat. Seorang patriot. Dia juga sangat disiplin dan berpengetahuan, menguasai berbagai bahasa asing.

Ketika pertama kali bertemu dengannya, saya terkesan bahwa dia mengingatkan saya, atau lebih tepatnya memperingatkan saya, untuk selalu menghormati kedua orang tua saya.

Dia sangat beragama dan rajin ke masjidnya. Dialah yang mulai memberantas ‘kebiasaan buruk’ di antara Korps Baret Merah.

Pada saat itu, budaya minum-minum sangat merajalela di Korps tersebut. Ada ‘harapan’ bahwa prajurit yang baik dalam pertempuran harus juga pandai dalam minum alkohol dan hebat dalam ‘kenakalan’ lainnya.

Yang menarik, jika dia menggunakan mobil dinas, dia tidak akan membiarkan istrinya duduk di depan, bahkan jika tempatnya kosong. Saat itu, mobil dinas Komandan KOPASSANDHA adalah Toyota Land Cruiser dengan atap kanvas. Baginya, mobil dinas adalah untuk komandan, bukan untuk istri mereka. Inilah contoh yang mendefinisikan generasi ’45.

Pak Yogie S. Memet adalah mantan Komandan Batalyon 330 Kujang I Siliwangi. Unitnya menangkap Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan dalam operasi pemberantasan DI/TII di bawah kepemimpinan Kolonel Infantri Andi Muhammad Yusuf, Komandan Kodam XIV/Hasanuddin.

Dia bukan lulusan Akademi Militer. Ketika Indonesia baru saja menyatakan kemerdekaannya, negara belum memiliki akademi militer. Hanya ada program pelatihan perwira angkatan darat yang disebut P3AD di Bandung. Ini tempat dia lulus. Selain Yogie S. Memet, alumni P3AD lain yang terkenal meliputi Jenderal L.B. Moerdani dan Letnan Jenderal Dading Kalbuadi.

Source link