Jakarta, CNBC Indonesia – Eskalasi geopolitik tengah meningkat di wilayah Timur Tengah hingga Eropa. Kondisi ini pun memicu polarisasi antara negara adidaya.
Di benua Eropa, Ukraina telah melancarkan serangan balik ke Rusia. Bahkan pasukan Kyiv sudah menginvasi balik sejumlah wilayah di Negeri Beruang Merah.
Sementara itu, serangan Israel ke Palestina makin gencar. Pertikaian Hamas vs Israel pun masih bergulir, ditambah dengan panasnya Houthi dan Amerika Serikat di Yaman. Tak hanya itu, gesekan antara China dan Taiwan pun masih sering muncul.
Jurnalis senior yang fokus pada isu Internasional, Nick Giambruno, mengungkapkan bahwa polarisasi yang terjadi telah mengulangi kembali perang proksi, layaknya yang terjadi di Vietnam dan Korea. Dalam sebuah artikel di Doug Casey International Man akhir pekan ini, Giambruno memaparkan ada 3 perang proksi besar yang dapat memicu perang dunia ketiga (PD 3).
Berikut tiga daftar perang proksi yang dapat membawa dunia dalam PD3 sebagaimana dipaparkan Giambruno, dikutip Rabu (31/5/2024).
1. Taiwan vs China
Beberapa waktu lalu, China menggelar latihan militer dua hari di sekitar Taiwan, yang diberi nama Joint Sharp Sword-2024A. Latihan militer ini adalah respons atas apa yang disebutnya sebagai tindakan separatis Taiwan. Latihan ini melibatkan angkatan udara dan angkatan laut China yang mengepung pulau Taiwan sepenuhnya dengan kapal dan pesawat tempur.
Banyak yang percaya bahwa latihan ini adalah latihan untuk invasi. Apalagi, unjuk kekuatan ini dilakukan tepat setelah Presiden baru Taiwan, Lai Ching-te, menjabat. Lai pernah menyatakan dukungannya terhadap kemerdekaan Taiwan.
Ancaman perang ini telah menyeret konflik terbuka antara China dan Amerika Serikat (AS), yang membekingi Taiwan. Keduanya merupakan salah satu kekuatan nuklir dan ekonomi terkuat di muka bumi.
Adapun, Giambruno menilai bahwa Washington saat ini mencoba menahan untuk meningkatkan eskalasi lebih lanjut. Ia berpandangan eskalasi sedang ditahan karena China dapat mengimbangi setiap langkah AS dan sekutunya hingga perang nuklir habis-habisan.
“Mempertimbangkan semuanya, China tampaknya memiliki keuntungan dan akan menyatukan kembali Taiwan dalam waktu yang tidak terlalu lama,” ucapnya.
“Saya pikir China, dan dengan demikian BRICS+, akan menang dalam perang proksi penting Perang Dunia 3 ini. Jika itu terjadi, kemungkinan besar akan mengubah lanskap geopolitik Asia Timur secara permanen,” ungkapnya.
2. Ukraina vs Rusia
Ukraina telah menjadi arena pilihan NATO untuk menghadapi Rusia selama bertahun-tahun. AS, yang merupakan patron NATO, telah menghabiskan miliaran dolar untuk mencampuri urusan Ukraina jauh sebelum konflik saat ini pecah pada bulan Februari 2022.
Giambruno memperkirakan AS telah menghabiskan sekitar US$ 5 miliar untuk “demokratisasi” di Ukraina sebelum tahun 2022. Dana ini diberikan lewat USAID, National Democratic Institute, dan International Republican Institute, serta organisasi non-pemerintah seperti Freedom House, George Soros’ Open Society Foundations, dan National Endowment for Democracy.
“Semua itu berpuncak pada penggulingan pemerintahan pro-Rusia yang korup di Ukraina pada tahun 2014, yang digantikan oleh pemerintahan pro-AS yang korup. Hal itu menabur benih konflik saat ini,” tuturnya.
Pada 2024 ini, Giambruno meramalkan bahwa Ukraina tampaknya mencapai titik kritis, dengan mencatatkan kemunduran serius di medan perang karena Rusia terus-menerus memperoleh wilayah. Rusia kini memiliki momentum dan inisiatif.
Pendanaan AS juga mulai menipis. Para pemilih Amerika dan Eropa semakin lelah dengan perang karena rakyat biasa berjuang melawan ekonomi yang lesu dan inflasi yang meningkat.
“Singkatnya, tidak banyak lagi yang dapat dilakukan NATO dan sekutunya untuk membalikkan keadaan bagi Ukraina. Mereka tidak dapat campur tangan secara langsung. Rusia telah jelas bahwa mereka akan memandang hal itu sebagai deklarasi perang langsung dan terbuka, yang dapat menyebabkan pertukaran nuklir,” ucap Giambruno.
3. Timur Tengah
Giambruno menilai hubungan China-Rusia berada di atas angin. Sementara itu, NATO yang dipimpin AS akan melakukan perlawanan terakhir mereka untuk mengagalkan munculnya tatanan dunia multipolar. Hal ini akan terjadi di Timur Tengah.
“Saya pikir Timur Tengah akan menjadi medan pertempuran yang menentukan siapa yang memenangkan PD3 dan akan membentuk tatanan dunia baru,” tegasnya.
Timur Tengah sendiri akhir-akhir ini diketahui dalam situasi yang panas. Ini terjadi setelah pecahnya konflik antara Israel dan kelompok penguasa Gaza Palestina, Hamas.
Konflik yang telah menewaskan sekitar 40 ribu warga sipil Palestina itu telah mengundang atensi dari kelompok milisi pro Iran, yang merupakan rival nomor satu Israel.
Kelompok seperti Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman telah meluncurkan serangan pada Israel agar Tel Aviv menghentikan serangan ke Gaza. Perluasan wilayah yang bertikai ini memicu risiko munculnya PD 3 di kawasan Timur Tengah.
**(haa/haa)**
[Link Video: Timur Tengah Makin Panas, Rusia Kirim Alat Pertahanan Ke Iran](https://cnbcindonesia.com/news/20240807082043-8-560988/video-timur-tengah-makin-panas-rusia-kirim-alat-pertahanan-ke-iran)