Artikel ini menceritakan perjalanan kepresidenan Prabowo Subianto yang dimulai pada tahun 2024. Pada tahun 2004, Prabowo mengikuti konvensi calon presiden dari Partai Golkar namun kalah. Kemudian pada tahun 2008, Prabowo mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan akhirnya maju sebagai calon wakil presiden pada tahun 2009. Bersama Megawati Soekarnoputri, pasangan tersebut kalah dalam pemilihan presiden (pilpres) 2009.
Pada pilpres 2014, Prabowo kembali maju sebagai calon presiden berpasangan dengan Hatta Rajasa namun kalah dari Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Prabowo menolak hasil pemilu dan mengklaim adanya kecurangan besar-besaran yang dikenal dengan istilah TSM. Pilpres 2014 juga menciptakan polarisasi antara kubu Jokowi dan Prabowo, terkait dengan isu identitas pasca-pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017.
Pada pilpres 2019, Prabowo kembali berpasangan dengan Sandiaga Uno namun kembali mengalami kekalahan. Prabowo menolak hasil pilpres dan menuduh adanya kecurangan, yang memicu protes massal di Jakarta dengan beberapa insiden kekerasan. Setelah itu, tagar #tangkapPrabowo menjadi trending di Twitter dengan tuduhan bahwa Prabowo bertanggung jawab atas kerusuhan tersebut.
Pertarungan pascapilpres 2019 mereda setelah Prabowo masuk ke kabinet Jokowi, menunjukkan kesediaannya untuk rekonsiliasi. Meskipun ada kekhawatiran tentang dua kekuatan di pemerintahan, Prabowo berhasil menempatkan dirinya dengan baik dalam kabinet dan menunjukkan konsistensi sebagai prajurit yang hormat dan loyal.
Pada pilpres 2024, Prabowo akhirnya memenangkan pemilihan dan akan dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia pada 20 Oktober 2024. Perjalanan panjang Prabowo menuju kursi kepresidenan sarat dengan kesetiaan, kesabaran, kerja keras, dan keinginan untuk berbakti bagi nusa dan bangsa.