Para pemimpin Eropa telah memberikan peringatan bahwa serangan Presiden Rusia Vladimir Putin tidak akan berhenti di Ukraina. Boris Pistorius, Menteri Pertahanan Jerman, menyatakan kemungkinan terjadinya perang baru dalam sebuah wawancara, menegaskan bahwa “kita harus siap berperang 2029”. Hal yang sama disampaikan oleh kepala intelijen Bruno Kahl, yang menyatakan bahwa Moskow bersiap untuk perang dengan Barat.
Eropa Timur menjadi fokus perhatian karena potensi serangan agresif Putin. Negara-negara seperti Estonia, Latvia, dan Lithuania memiliki populasi Rusia yang besar, menjadi faktor penting untuk “intervensionisme Putin”. Data dinas intelijen luar negeri Estonia bahkan mengatakan bahwa jika Moskow mereformasi militernya, NATO bisa menghadapi pasukan besar bergaya Soviet dalam dekade berikutnya.
Negara-negara anggota baru NATO seperti Swedia dan Finlandia juga rentan terhadap serangan. Swedia telah mengungkapkan kemungkinan terjadinya perang di wilayahnya, sementara Finlandia yang memiliki perbatasan panjang dengan Rusia juga menjadi garis depan yang rentan terhadap perang dunia 3 (PD 3). Selain itu, Koridor Suwalki juga diidentifikasi sebagai titik panas potensial karena menjadi satu-satunya jalur darat yang menghubungkan Polandia dan Eropa Tengah ke negara-negara Baltik.
Selain Eropa Timur, wilayah lain di Eropa juga rentan terhadap pengaruh Rusia. Perang di Georgia dan Serbia disebut sebagai konflik kecil yang dapat meningkat menjadi konflik besar. Turki, yang berbatasan dengan Republik Kaukasus Selatan juga rentan terhadap upaya Putin untuk memperluas pengaruhnya. Tetapi, kesatuan aliansi NATO dapat menjadi kunci untuk mencegah perluasan perang Putin di luar Ukraina. Selain itu, peningkatan kekompakan aliansi tersebut dapat mengurangi peluang Putin memperluas perangnya di Eropa.