Sebuah tragedi mengerikan terjadi di Sekolah Kejuruan Seni dan Teknologi Wuxi (Wuxi Vocational College) di Yixing, China bulan lalu. Seorang pria berusia 21 tahun melakukan penusukan massal yang menyebabkan delapan orang tewas dan 17 terluka. Pelaku, yang merupakan mantan siswa sekolah tersebut, ditangkap di tempat kejadian setelah aksi kejamnya. Motifnya diduga karena tidak lulus ujian dan tidak menerima sertifikat kelulusan, serta ketidakpuasannya dengan kompensasi magangnya. Kelompok mata-mata yang melihat insiden tersebut menggambarkan keadaan para siswa berlarian dengan membawa koper mereka saat tersangka datang selama kelas berlangsung.
Seorang individu yang memberikan bunga krisan disekitar area sekolah menyampaikan kesedihannya atas kejadian tragis ini, terutama karena korban masih berusia 18-19 tahun. Seorang profesor dari Universitas Fudan juga mengungkapkan keprihatinan terhadap perilaku balas dendam tanpa pandang bulu yang semakin marak di China. Dia menekankan perlunya memperkuat jaring pengaman sosial dan layanan konseling psikologis untuk mencegah kasus serupa terjadi di masa depan.
Wuxi Vocational College merupakan sekolah yang mempersiapkan siswa untuk bekerja di berbagai industri, seperti manufaktur kawat dan kabel, desain interior, dan pemasaran. Sekolah ini menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk mengarahkan generasi muda ke pelatihan khusus pekerjaan, sebagai alternatif dari jalan pendidikan formal yang sering kali menghadapi tingkat pengangguran yang tinggi. Kasus tragis ini menjadi sorotan penting dalam memperjuangkan perlunya bimbingan psikologis yang lebih baik bagi generasi muda yang mungkin mengalami kesulitan mental.
