Pemerintah Rusia baru-baru ini mengesahkan doktrin nuklir baru yang disebut Dasar-Dasar Kebijakan Negara di Bidang Pencegahan Nuklir. Doktrin empat halaman ini menetapkan kondisi di mana Rusia dapat menggunakan senjata nuklir sebagai respons terhadap ancaman terhadap kedaulatan mereka atau sekutunya. Doktrin ini muncul di tengah konflik Rusia-Ukraina yang masih berlangsung, dengan upaya utama Rusia untuk merebut wilayah Donbass dan Krimea. Selain itu, doktrin tersebut juga menyatakan bahwa senjata nuklir dapat digunakan dalam situasi tertentu, seperti dalam kasus serangan rudal balistik atau senjata pemusnah massal ke wilayah Rusia atau sekutunya.
Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan bahwa persetujuan Barat dalam memungkinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh yang dapat menembus wilayah Rusia dapat memicu keterlibatan langsung NATO dan AS dalam konflik Ukraina. Meskipun demikian, penggunaan rudal jarak jauh dari Barat ke wilayah Rusia tidak secara langsung memicu respons nuklir dari Rusia. Kabar terkait doktrin nuklir baru Rusia ini dikeluarkan setelah Washington mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh untuk menyerang target di Rusia, di mana Putin menilai ini sebagai ancaman serius terhadap kedaulatan Rusia dan sekutunya. Peneliti memperdebatkan apakah langkah ini akan mendorong Putin untuk melakukan eskalasi dalam konflik atau untuk mencari jalan damai sesuai dengan ketentuan Rusia. Sebagai negara dengan persenjataan nuklir terbesar di dunia, langkah apa pun yang diambil oleh Rusia memiliki dampak yang besar pada kestabilan keamanan global. Peneliti memperdebatkan risiko eskalasi konflik antara Rusia dan Barat, dan pada akhirnya, bagaimana upaya-upaya pencegahan nuklir dapat mencegah pemakaian senjata nuklir di masa depan.