Ancaman gempa besar dan efek megathrust yang berpotensi menyebabkan tsunami raksasa hingga 20 meter mulai mendapat perhatian di Indonesia. Pemerintah telah berjanji untuk melakukan persiapan yang diperlukan untuk mengantisipasi ancaman tersebut. Ketua Tim Kerja Informasi Gempabumi dan Tsunami dari BMKG, Wijayanto, menjelaskan bahwa potensi terjadinya gempa besar di zona megathrust memang benar adanya. Gempa-gempa besar dengan kekuatan mencapai magnitude 9 dapat terjadi di zona ini dan berpotensi menyebabkan tsunami. Namun, tidak semua gempa di zona megathrust akan memicu tsunami, tergantung pada kekuatan gempa tersebut.
Seiring dengan pembicaraan tentang ancaman dari megathrust setelah gempa besar di Jepang, Indonesia juga mendapat sorotan karena berada di Cincin Api Pasifik. BMKG telah mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki 13 segmen megathrust yang merupakan sumber potensial gempa besar. Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menegaskan bahwa dua segmen megathrust di Indonesia, yaitu di Selat Sunda dan di Mentawai-Suberut, merupakan “waktu yang menunggu” untuk melepaskan energinya. Peneliti dari BRIN juga menyebutkan bahwa segmen megathrust di selatan Jawa memiliki potensi untuk menyebabkan gempa dan tsunami yang signifikan.
Dalam mengantisipasi ancaman tersebut, BMKG telah menyiapkan sistem peringatan dini Tsunami InaTEWS yang mampu memberikan informasi kurang dari 3 menit setelah terjadinya gempa. Selain itu, BMKG juga melakukan koordinasi dengan pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan melalui berbagai program. Menyadari pentingnya mitigasi, BRIN juga menekankan pentingnya pendekatan struktural dan non-struktural untuk mengurangi potensi kerugian akibat gempa dan tsunami megathrust di Indonesia. Dengan kesiapsiagaan dan kerjasama yang baik, diharapkan jumlah korban akibat gempa dan tsunami dapat diminimalkan.
