Formula 1 (F1) akan beralih ke bahan bakar sintetis penuh pada tahun depan, sebagai bagian dari perubahan formula mesin yang akan memberikan peran lebih besar pada motor listrik. Langkah ini diharapkan dapat menarik lebih banyak pabrikan ke dalam seri, termasuk Audi dan Cadillac yang akan mulai terlibat dalam beberapa tahun ke depan. Meskipun ada suara yang menyarankan untuk kembali menggunakan mesin V10, F1 tetap berkomitmen pada bahan bakar sintetis yang lebih ramah lingkungan untuk mencapai jejak karbon nol pada 2030.
Ben Sulayem, presiden FIA, telah memberikan pandangan terkait kembalinya mesin V10 dengan bahan bakar berkelanjutan, namun ia juga menekankan pentingnya mendukung tim dan pabrikan untuk mengendalikan biaya pengeluaran R&D. Sementara CEO F1, Stefano Domenicali, juga tertarik untuk menjelajahi alternatif lain selain unit tenaga hibrida yang ada saat ini di industri ini.
Meskipun banyak penggemar mendukung ide untuk kembali ke mesin V10, tampaknya para pabrikan F1 yang sudah terlibat tidak berencana untuk melakukan perubahan signifikan dalam waktu dekat. Meskipun bahan bakar elektronik menjadi dorongan besar, OEM yang terlibat belum menunjukkan minat untuk beralih dari formula hibrida. Walaupun mantan insinyur Mercedes dan Williams, Paddy Lowe, melihat potensi kembalinya mesin V10, tetapi ia juga memahami bahwa formula hibrida saat ini sudah merupakan solusi yang efisien dan sesuai dengan tren otomotif arus utama.