Honda memenangi perang antar pabrikan Jepang di Grand Prix Thailand setelah Johann Zarco finis P7 di atas RC213V terbaik, empat tempat di depan Yamaha yang berada di posisi tertinggi, Jack Miller. Namun, ini tidak berarti Honda akan memulai musim 2025 dengan mengungguli Yamaha dalam urutan klasemen. Kenyataannya, seperti biasa, lebih rumit dan penuh nuansa daripada yang terlihat, dan jawaban yang jelas tidak akan tersedia sampai kedua motor tersebut telah dijalankan di berbagai macam lintasan. Untuk saat ini, ada tanda-tanda yang menggembirakan sekaligus mengkhawatirkan di kedua garasi tersebut.
Sejauh menyangkut Honda, putaran pembuka musim 2025 adalah sebuah kesuksesan besar. Baik Joan Mir maupun Johann Zarco lolos ke Q2, dan catatan waktu terbaik Zarco, 1 menit 29,422 detik, hampir 0,4 detik lebih cepat dari catatan waktu yang diraih pembalap Honda lainnya di kualifikasi Grand Prix Thailand tahun lalu, yang berlangsung Oktober. Selisihnya dengan posisi terdepan adalah 0,640 detik, yang sekali lagi sangat jauh lebih baik daripada defisit 1,1 detik yang dialami Honda di lintasan yang sama pada 2024.
Mir mengantongi satu poin dalam sprint di posisi kesembilan, dengan Zarco mengikutinya di urutan ke-10, tetapi pada balapan Minggu, Honda benar-benar bersinar. Mir bangkit dari posisi ke-11 di grid untuk menempati P7 hingga akhirnya terjatuh tepat setelah pertengahan balapan. Setelah keluar dari balapan, pembalap LCR, Zarco, meneruskan performa apiknya dengan membawa pulang sembilan poin dan mendarat di peringkat ketujuh.
Ia duduk di posisi ke-10 pada paruh pertama balapan, tetapi begitu ban belakang mediumnya mulai bekerja dengan baik, rider Prancis mampu membuat terobosan besar. Fakta bahwa ia finis hanya 0,3 detik di belakang pabrikan Aprilia, Marco Bezzecchi, merupakan bukti lompatan yang dilakukan Honda selama musim dingin. Selisih waktu Zarco dengan pemenang balapan Marc Marquez juga hanya 15 detik. Perbandingan langsung dengan GP Thailand 2024 tidak mungkin dilakukan, karena balapan tersebut berlangsung dalam kondisi basah, tetapi perlu dicatat bahwa para pembalap utama Honda terkadang finis hingga 40 detik di belakang pemenang balapan pada 2024. Jarang sekali terjadi defisit di bawah 20 detik pada paruh kedua musim lalu.
Mungkin penampilan yang paling tidak terduga di GP Thailand datang dari Luca Marini. Pembalap Italia ini sempat melorot di urutan paling belakang setelah gagal menggunakan alat pengatur peluncuran motor di awal balapan. Namun, ia mampu memulihkan posisi yang hilang dan finis di urutan ke-12 di atas HRC. Marini yakin Honda telah menemukan 0,4 detik selama liburan musim dingin, yang merupakan pencapaian yang tidak kecil mengingat skala waktu yang terlibat.
Mir juga sangat terkesan dengan kemajuan Honda, meskipun ia gagal melihat bendera finis setelah mengalami kecelakaan di lap 15. “Saya pikir kami bisa saja berada di posisi lima besar dengan kecepatan yang kami tunjukkan,” ujarnya. “Ini adalah sesuatu yang tidak dapat saya tunjukkan kepada Anda pada balapan tahun lalu. Ini berarti kami sedang dalam perjalanan. Kami kuat, jadi saya senang.”
Namun, Honda masih kekurangan tenaga mesin dibandingkan dengan para pesaingnya, yang berarti masih belum memperbaiki salah satu kelemahan prototipe MotoGP yang sudah berlangsung lama. “Saya kira di sini lebih sulit bagi kami karena sepertinya di Malaysia mesin kami lebih baik daripada di Thailand, jadi mungkin cuaca panas membuat kami lebih dirugikan daripada merek lain,” jelas Zarco. “Kita lihat saja nanti di tempat yang suhunya normal, apakah kami bisa mengatasi kelemahan ini.”
Tidak adil rasanya jika membahas akhir pekan GP Thailand Yamaha tanpa menyinggung performa di babak kualifikasi. Miller mengendarai motor M1 milik Pramac untuk meraih posisi keempat di babak kualifikasi, hanya terpaut 0,308 detik dari posisi terdepan. Sementara, ia diuntungkan karena mengikuti Ducati Francesco Bagnaia di lintasan, Fabio Quartararo lolos langsung ke Q2 dan lolos dengan terpaut tiga persepuluh detik di P10, membuktikan bahwa kecepatan satu lap Yamaha benar-benar nyata. Quartararo kemudian naik ke posisi ketujuh dalam Sprint Race, Sabtu, yang berarti Yamaha mengalahkan Honda dalam perebutan poin pertama di tahun 2025.
Namun, balapan utama adalah cerita yang berbeda, di mana potensi utama M1 tertutupi oleh beberapa masalah yang tidak terkait. Miller berhasil mempertahankan posisi keenam hingga lap 16 dari 26 lap dan berada di jalur yang tepat untuk menyamai hasil terbaik Yamaha di tahun 2024, yang diraih Quartararo di GP Indonesia. Namun, ia dengan cepat terjatuh ke urutan terbawah setelah klip pada fairingnya terlepas dan ia harus mencari cara cerdik untuk memasangnya kembali.
Hebatnya, Miller masih bisa finis sebagai pembalap Yamaha teratas di posisi ke-11. Hal ini dikarenakan pembalap Yamaha lainnya, Quartararo, mengalami masalah yang sama dan hanya mampu meraih satu poin di P15. Memulai balapan dari urutan ke-11, pembalap asal Prancis itu merosot ke P19 hanya dalam dua lap pertama, membuatnya harus mendaki gunung di sisa balapan. Ia diuntungkan oleh retired-nya Mir dan Raul Fernandez, serta jatuhnya Acosta. Namun, posisi ke-15 adalah hasil yang ia raih di akhir balapan yang melelahkan. Quartararo mengalami masalah dengan ban depan di tes Buriram pada bulan Februari dan masalah tersebut tampaknya terbawa ke balapan akhir pekan. Lebih buruk lagi, bahkan ban belakangnya pun tidak bekerja sesuai keinginannya saat balapan, membuatnya harus terjatuh di lap-lap awal.
Miguel Oliveria finis di urutan ke-14 untuk Pramac, sementara Alex Rins berada di dalam perolehan poin hingga ia turun ke urutan ke-17 di akhir balapan, ketika ia harus berjuang mengatasi masalah overheating pada M1 pabrikannya. Oleh karena itu, sulit untuk mengukur performa Yamaha yang sebenarnya setelah balapan pertama musim ini. Perlu diingat bahwa Buriram tidak pernah diharapkan menjadi trek yang kuat untuk merek yang berbasis di Iwata, dengan pengujian pra-musim yang mengkonfirmasi bahwa M1 masih kesulitan dalam kondisi cengkeraman rendah. Sepertinya nasib Yamaha tidak akan membaik di Argentina, yang sudah hampir dua tahun tidak menyelenggarakan balapan MotoGP, sementara Austin juga terkenal dengan kurangnya daya cengkeram. Para pembalap Yamaha tidak akan dapat memanfaatkan sepenuhnya kemajuan yang dibuat oleh tim asal Jepang ini di luar musim hingga akhir tahun ini.