Red Bull sedang menghadapi krisis yang tidak terduga. Meskipun posisi mereka dalam klasemen pembalap cukup baik setelah balapan kedua musim ini di GP Cina, mobil RB21 milik Max Verstappen mungkin tidak secepat yang diperkirakan dalam grid Formula 1 saat ini. Sebuah pertemuan krisis dijadwalkan di markas besar Red Bull di Milton Keynes untuk mengidentifikasi cara meningkatkan kinerja mobil dan mendorongnya ke standar kejuaraan dunia.
Analisis kualifikasi musim 2025 telah mengungkapkan temuan menarik: Racing Bulls, tim saudara Red Bull, rata-rata hanya tertinggal 0,23 detik dari Verstappen dalam satu putaran cepat. Namun, rekan setim Verstappen, Liam Lawson, belum mampu menunjukkan kecepatan yang sama. Pertanyaan pun muncul apakah Verstappen mungkin berada di mobil yang sebenarnya lebih lambat dari dua mobil Red Bull.
Selain itu, data menunjukkan bahwa Lawson dan Yuki Tsunoda di Racing Bulls menunjukkan perbedaan signifikan dalam performa kualifikasi. Namun, ketika diikutsertakan dalam perbandingan dengan Verstappen, perbedaan ini jelas terlihat. Meskipun hipotesis ini menarik, namun masih perlu dibuktikan dalam perlombaan sesungguhnya.
Meskipun spekulasi ini menarik, namun dalam praktiknya tidak semudah yang terlihat. Mobil Red Bull dianggap sulit dikendarai, yang dapat menjadi alasan utama di balik kesenjangan besar antara Verstappen dan rekan setimnya. Ditambah lagi, faktor kecepatan balapan juga menjadi penentu dalam keberhasilan suatu tim. Racing Bulls yang tampak solid di awal musim menunjukkan bahwa perubahan pengemudi mungkin tidaklah solusi yang menjanjikan.
Dengan begitu, dalam situasi seperti ini, analisis data yang mendalam sangat dibutuhkan untuk mengevaluasi tantangan yang dihadapi Red Bull saat ini. Pemahaman yang lebih baik terhadap situasi ini dapat membantu tim dalam mengambil langkah yang tepat untuk meningkatkan performa mereka di masa depan.