Bos NATO Mengungkap Ancaman Rusia Pasang Senjata Nuklir

by -9 Views

Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte mengingatkan tentang kemungkinan Rusia untuk menempatkan senjata nuklir di luar angkasa, yang dapat mengancam keamanan global. Rutte percaya langkah ini dapat memberikan dampak serius pada kehidupan di Bumi. Dalam wawancaranya dengan Welt am Sonntag, Rutte menyampaikan bahwa intelijen NATO menunjukkan indikasi kemungkinan Moskow akan menempatkan senjata pemusnah massal di orbit, yang dapat merusak ratusan satelit dalam satu serangan. Hal ini memunculkan kekhawatiran Barat terhadap retorika nuklir yang semakin meningkat dari Moskow sejak invasi Ukraina oleh Rusia. Rutte juga menyoroti urgensi dalam pemantauan keamanan luar angkasa, dengan kerusakan terhadap satelit-satelit dapat berdampak pada komunikasi global, sistem navigasi, pemantauan cuaca, dan aktivitas ekonomi.

Respons terhadap tantangan keamanan kompleks di luar angkasa telah mengarah pada negara-negara anggota NATO berbagi intelijen, membentuk komando luar angkasa nasional, dan mengembangkan teknologi satelit yang lebih kecil, lebih gesit, dan lebih terlindungi. Namun, langkah Rusia yang dikhawatirkan Rutte dapat melanggar Perjanjian Luar Angkasa 1967 yang melarang penempatan senjata pemusnah massal di orbit atau dalam badan langit lainnya. Meskipun demikian, kurangnya pengawasan yang efektif dan ketegangan geopolitik yang meningkat memunculkan kemungkinan pelanggaran semacam itu.

Komando Luar Angkasa Amerika Serikat (U.S. Space Command) pada Mei 2024 mengungkapkan bahwa satelit Rusia mampu menyerang satelit lain di orbit rendah Bumi (LEO). Jenderal Stephen N. Whiting, Panglima Komando Luar Angkasa AS, menegaskan bahwa AS harus siap menghadapi tantangan dari Rusia dan China terkait dominasi luar angkasa. Whiting memperkuat bahwa AS memiliki keunggulan di luar angkasa tidak hanya berdasarkan kemampuan militer, tetapi juga karena sektor swasta komersial yang maju dan jaringan sekutu global yang kuat.

Keberhasilan China dalam menyamai teknologi luar angkasa AS pada tahun 2030 dan menjadi kekuatan dominan pada tahun 2045 menjadi fokus perhatian. Perlombaan senjata di luar angkasa bukan lagi hanya spekulasi ilmiah, namun menjadi realitas strategis baru. Situasi ini menuntut respons internasional yang tegas, termasuk kemungkinan perjanjian baru atau mekanisme pengawasan yang lebih kuat terhadap aktivitas militer di luar angkasa.

Source link