Baraka Films mempersembahkan “Seribu Bayang Purnama” sebagai film layar lebar pertama yang mengangkat secara menyeluruh masalah yang dihadapi para petani di pedesaan Indonesia saat ini. Film ini diproduksi dengan harapan dapat membuka mata masyarakat perkotaan terhadap kesulitan yang dihadapi para petani dalam hal memperoleh modal untuk bertani, terutama akibat mahalnya harga pupuk dan pestisida kimia yang sudah biasa digunakan. Para petani sering terjebak dalam lingkaran kemiskinan karena harus menghadapi bunga pinjaman yang sangat tinggi dari rentenir.
“Seribu Bayang Purnama” mengisahkan perjuangan petani untuk menggunakan metode pertanian alami yang lebih murah dan sederhana guna mengurangi biaya produksi hingga 80%. Namun, para petani harus menghadapi tantangan dari pihak-pihak yang mendukung pertanian konvensional, seperti penjual pupuk kimia. Konflik yang terjadi, disandingkan dengan kisah cinta yang rumit, menjadikan film ini penuh warna.
Tokoh utama, Putro Hari Purnomo, kembali ke desanya dengan tekad untuk mengubah pertanian melalui praktik alami warisan ayahnya. Namun, ia dihadang oleh saingan keluarganya sendiri yang berusaha menguasai pertanian di desa. Perjalanan Putro yang penuh rintangan, terutama saat ia jatuh cinta pada Ratih, menantangnya untuk terus mengupayakan perubahan bagi komunitasnya.
Dengan pengalaman yang panjang dalam jurnalisme TV dan pembuatan film dokumenter, “Seribu Bayang Purnama” dipenuhi dengan gambaran sinematik yang memukau. Didukung dengan skenario yang kuat dan penokohan yang memikat, film ini akan tayang mulai 3 Juli 2025 di bioskop-bioskop di seluruh Indonesia. Film ini tidak hanya mempersembahkan kisah dramatis para petani, tapi juga memberikan pesan tentang pentingnya pertanian alami untuk ketahanan pangan dan kesejahteraan Indonesia.