Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, melakukan kunjungan ke Jalur Gaza selama gencatan senjata sementara antara Hamas dan Israel diperpanjang. Sebelumnya, gencatan senjata sudah berlangsung selama empat hari. Menurut Al-Jazeera, pernyataan langsung tersebut dikatakan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed Al-Ansari. Meski demikian, gencatan senjata hanya akan diperpanjang selama 48 jam atau dua hari.
“Kami berharap … kita akan meningkatkan jumlah sandera yang keluar dari Gaza,” katanya. “Setiap hari yang bisa kita beli dengan ketenangan, tentu saja sangat berharga bagi masyarakat Gaza, terutama dalam hal mendatangkan bantuan kemanusiaan,” tegas Al-Ansari lagi.
Selama 48 jam ke depan, negosiasi baru akan dilakukan. Khususnya untuk memperpanjang gencatan senjata dan menjamin pembebasan lebih banyak tawanan sipil. “Kami berharap momentum ini… akan membantu kami membuka pintu perundingan untuk gencatan senjata yang lebih langgeng dan berkelanjutan,” tambahnya. “Prioritas kami adalah mengajak pihak-pihak yang paling berisiko keluar sebelum membahas isu-isu jangka panjang,” ujarnya.
Diketahui bahwa Qatar menjadi mediator konflik Israel dan Hamas, sementara Mesir juga mengambil peran yang sama dalam konflik tersebut. Hamas mengonfirmasi perpanjangan senjata, namun belum ada komentar langsung dari Israel meski seorang pejabat Gedung Putih menyatakan bahwa kesepakatan telah tercapai.
Pengumuman perpanjangan tersebut muncul setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, utusan utama Uni Eropa (UE) Josep Borrell, dan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menambahkan seruan untuk menghentikan pertempuran lebih lama. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan langkah perpanjangan sebagai “secercah harapan dan kemanusiaan di tengah kegelapan perang”.
Pada momen terakhir gencatan senjata awal, 11 warga Israel yang disandera Hamas telah dibebaskan, dan sebagai imbalannya, Israel membebaskan 33 tahanan Palestina, sebagian besar adalah anak di bawah umur. Bahan bakar belum masuk ke Gaza, dan Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengeluhkan hal ini. Di sisi lain, Wali Kota Gaza, Yahya al-Siraj, juga mengeluhnya, karena tanpa bahan bakar, wilayah tersebut tidak dapat memompa air bersih atau membersihkan sampah yang menumpuk di jalan-jalan, dan memperingatkan potensi “bencana” kesehatan masyarakat. Di Kota Gaza, gencatan senjata memperjelas skala kehancuran yang terjadi. Orang-orang berjalan atau bersepeda di sepanjang jalan yang dipenuhi puing-puing melewati mobil-mobil yang rata dan bangunan-bangunan yang hancur. Di rumah sakit Al-Shifa, yang menjadi titik fokus perang, pemuda Gaza bekerja untuk membersihkan fasilitas tersebut, dengan harapan agar rumah sakit tersebut dapat segera melanjutkan aktivitasnya. Sejauh ini, serangan Israel sudah menewaskan 15.000 orang di Gaza, sebagian besar adalah anak-anak dan wanita.