Jakarta, CNBC Indonesia – Kekhawatiran munculnya perang regional kembali meningkat setelah sebuah proyektil jatuh di lapangan sepak bola di komunitas Druze di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel. Insiden ini menewaskan 12 anak-anak dan orang muda serta melukai 30 lainnya.
Hizbullah dengan tegas membantah bertanggung jawab atas proyektil tersebut, tetapi Israel menyalahkan kelompok Lebanon atas serangan mematikan pada Sabtu (27/7/2024) tersebut.
Pada Minggu, Israel mengatakan bahwa mereka menargetkan beberapa lokasi Hizbullah di seluruh Lebanon dan mengatakan kelompok bersenjata itu telah melewati “garis merah” dan akan “membayar harga yang mahal”.
Berikut fakta-fakta terkait insiden tersebut, seperti dikutip Al Jazeera pada Senin (29/8/2024).
Siapa yang Bertanggung Jawab?
Militer Israel mengklaim bahwa mereka menemukan bukti di tempat kejadian yang menunjukkan roket Falaq-1 buatan Iran jatuh di lapangan sepak bola. Dikatakan bahwa seorang komandan Hizbullah mengarahkan serangan dari lokasi peluncuran di Shebaa di Lebanon selatan.
Hizbullah segera mengeluarkan pernyataan yang menyatakan bahwa mereka “dengan tegas menyangkal” berada di balik serangan tersebut.
Kelompok tersebut secara sistematis mengklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap posisi Israel setiap hari, dan melaporkan telah melancarkan 12 serangan pada Sabtu. Mereka juga telah mengklaim ratusan serangan menggunakan roket Falaq dan Katyusha sejak dimulainya perang, beberapa di antaranya menargetkan markas militer di Dataran Tinggi Golan yang diduduki.
Situs web berita Axios yang berbasis di AS mengutip seorang pejabat Amerika Serikat yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa pejabat Hizbullah telah memberi tahu PBB bahwa yang menghantam lapangan sepak bola adalah proyektil pencegat antiroket Israel.
Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken mengatakan ada “setiap indikasi” bahwa Hizbullah berada di balik serangan roket tersebut.
Apakah Ini Berarti Perang?
Militer Israel melancarkan serangkaian serangan udara di Lebanon pada malam hari, tetapi itu adalah serangan rutin yang telah menjadi fenomena harian selama beberapa bulan terakhir.
Keputusan tentang bagaimana menanggapi insiden Majdal Shams akan diambil pada Minggu nanti, ketika kabinet keamanan Israel bersidang. Hukum Israel mengamanatkan bahwa setiap keputusan tentang tindakan militer yang dapat menyebabkan perang harus diadopsi secara multilateral di kabinet.
Omar Baddar, seorang analis politik Timur Tengah, mengatakan yakin ini “hampir pasti sebuah kecelakaan”, terlepas dari siapa yang bertanggung jawab atasnya.
“Tidak ada pihak di seluruh wilayah yang memiliki kepentingan politik atau kepentingan militer dalam menargetkan pertandingan sepak bola anak-anak di kota Druze di Golden Heights yang diduduki. Dan perlu dicatat juga bahwa ada keinginan dari pihak Hizbullah dan Israel untuk menghindari perang skala penuh,” katanya.
“Kita memerlukan penyelidikan independen untuk benar-benar mengetahui apa yang terjadi dalam kasus ini. Namun, penyangkalan Hizbullah itu sendiri setidaknya merupakan indikasi bahkan jika itu ternyata roket Hizbullah, itu tentu saja bukan penargetan yang disengaja terhadap pertandingan sepak bola itu,” tambahnya.
Namun, analis dan pejabat telah selama berbulan-bulan memperingatkan bahwa setiap kesalahan perhitungan dapat memicu konflik habis-habisan.