Milisi Houthi Melebarkan Perang di Gaza dengan Intensitas Serangan yang Meningkat Terhadap Israel

by -120 Views

Milisi Houthi yang berada di Yaman menembakkan sejumlah besar drone ke Israel pada Rabu (1/11/2023). Mereka mengklaim bertanggung jawab atas tiga serangan terpisah sejak awal konflik Israel-Hamas pada hari Selasa. Pernyataan resmi dari Houthi bahwa mereka terlibat dalam konflik ini memunculkan kekhawatiran dari banyak negara Arab tentang perang yang semakin meluas dan mengganggu stabilitas di kawasan tersebut.

Jurubicara Houthi menginformasikan bahwa drone mereka telah mencapai target yang dituju. Mereka juga menyatakan bahwa mereka akan terus melakukan operasi militer untuk mendukung rakyat Palestina sampai agresi Israel di Gaza berhenti.

Serangan drone pada 28 Oktober juga diyakini dilakukan oleh Houthi. Meskipun serangan itu berhasil dicegat oleh angkatan laut Amerika Serikat (AS), kelompok pemberontak Yaman ini tetap menjadi tersangka dalam serangan terhadap Israel pada tanggal yang sama. Kelompok Houthi merupakan bagian penting dari “Poros Perlawanan” yang menentang Israel dan AS. Selama perang di Yaman, mereka telah menunjukkan kemampuan rudal dan drone dalam serangan mereka terhadap Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA).

Iran juga telah mengancam akan mendukung serangan terhadap Israel dalam perang ini. Diplomat tinggi Iran, Hossein Amir-Abdollahian, mengatakan bahwa para kelompok tidak akan diam terhadap semua kejahatan yang dilakukan oleh Israel. Ia menekankan bahwa situasi tersebut bisa menjadi tidak terkendali jika gencatan senjata tidak tercapai.

Sementara itu, Israel terus melakukan serangan ke kamp pengungsi terbesar di Gaza bagian Utara, Jabalia. Laporan dari RS Indonesia menyebutkan bahwa sekitar 400 orang telah tewas atau hilang, dan angka tersebut diperkirakan akan terus bertambah. Israel mengklaim bahwa tokoh-tokoh Hamas juga tewas dalam serangan tersebut. Namun, serangan Israel ke wilayah padat penduduk dengan anak-anak dan perempuan telah menyebabkan sejumlah negara, termasuk Arab Saudi, mengutuk keras tindakan Tel Aviv.

Di sisi lain, Amerika Serikat mengirimkan tambahan 300 tentara ke Timur Tengah. Alasan AS adalah untuk memberikan dukungan di bidang pembuangan bahan peledak dan komunikasi. Namun, juru bicara Pentagon, Brigadir Jenderal Patrick Ryder, mengatakan bahwa pasukan tersebut tidak akan ditempatkan di Israel. Sebelumnya, AS telah mengirim sejumlah pasukan ke Timur Tengah, termasuk kapal induk, kapal perang, dan jet tempur, untuk mendukung upaya pencegahan regional dan meningkatkan perlindungan pasukan mereka.