Awal Mula Konflik Israel Palestina yang Harus Diketahui

by -128 Views

Hampir satu bulan lamanya perang antara Israel dan Palestina terus berlanjut. Namun sebenarnya konflik antara keduanya sudah terjadi sejak lama sebelum serangan Hamas pada tahun 2023 yang lalu.

Konflik ini dimulai pada tanggal 2 November 1917. Pada saat itu, Menteri Luar Negeri Inggris Arthur Balfour menulis surat kepada tokoh komunitas Yahudi Inggris bernama Lionel Walter Rothschild.

Surat tersebut berisi 67 kata yang mengikat pemerintah Inggris untuk mendirikan rumah nasional bagi orang Yahudi di Palestina dan untuk memfasilitasi pencapaian tujuan tersebut.

Surat yang dikenal dengan nama Deklarasi Balfour ini membuat Eropa menjanjikan gerakan Zionis untuk memiliki negara di wilayah Palestina yang pada saat itu 90% dihuni oleh penduduk asli Arab Palestina.

Mandat Inggris kemudian dibentuk pada tahun 1923 dan berlangsung hingga tahun 1948. Selama masa tersebut, Inggris memfasilitasi migrasi massal orang Yahudi ke Palestina, terutama setelah terjadi gerakan Nazi di Eropa.

Namun migrasi massal tersebut mendapat pertentangan dari warga Palestina yang khawatir akan perubahan demografi negara dan penyitaan tanah oleh Inggris yang akan digunakan sebagai tempat pemukiman bagi orang Yahudi.

Ketegangan yang meningkat ini menjadi awal terjadinya Pemberontakan Arab pada tahun 1936-1939. Pada bulan April 1936, Komite Nasional Arab meminta warga Palestina untuk melakukan pemogokan umum sebagai bentuk protes atas kolonialisme Inggris dan meningkatnya kedatangan warga Yahudi.

Pemberontakan ini berlangsung selama enam bulan dan ditanggapi oleh Inggris dengan melakukan penangkapan massal dan penghancuran rumah, praktik yang masih dilakukan oleh Israel hingga kini.

Pemberontakan fase kedua dipimpin oleh para petani Palestina pada tahun 1937. Sementara pada paruh kedua tahun 1939, Inggris mengerahkan 30 ribu tentara di Palestina dan melakukan berbagai tindakan kekerasan seperti menjatuhkan bom dari udara, memberlakukan jam malam, menghancurkan banyak rumah, penahanan administratif, dan pembunuhan massal.

Inggris juga bekerja sama dengan komunitas pemukim Yahudi dan membentuk kelompok bersenjata serta pasukan kontra pemberontakan yang terdiri dari pejuang Yahudi yang dikenal sebagai Pasukan Malam Khusus yang dipimpin oleh Inggris.

Selama tiga tahun pemberontakan, ribuan orang menjadi korban. Terdapat 5.000 orang Palestina yang tewas, 15-20 ribu orang terluka, dan 5.600 orang dipenjara.

Populasi Yahudi terus bertambah seiring waktu menjadi 33%, namun mereka hanya memiliki lahan sebesar 6% di Palestina pada tahun 1947. Hal ini menyebabkan PBB ikut campur dan mengadopsi Resolusi 181 untuk membagi wilayah Palestina menjadi negara Arab dan Yahudi.

Rencana PBB tersebut ditolak oleh Palestina karena wilayah yang akan diberikan kepada Yahudi mencakup 56% dari wilayah Palestina, termasuk sebagian besar wilayah pesisir yang subur. Pada saat itu, wilayah Palestina sejarah sebesar 94% dengan populasi sebanyak 67%.

Di sisi lain, paramiliter Israel telah memulai operasi militer sebelum mandat kekuasaan Inggris berakhir pada tanggal 14 Mei 1948. Mereka menghancurkan sejumlah wilayah Palestina untuk memperluas perbatasan wilayah Israel.

Pada tahun 1947-1948, lebih dari 500 desa, kota kecil, dan kota besar Palestina hancur. Sekitar 15 ribu orang Palestina tewas, termasuk dalam puluhan pembantaian.

Insiden tersebut membuat Gerakan Zionis menguasai 78% dari wilayah Palestina bersejarah. Sementara sisanya sebesar 22% dibagi menjadi Tepi Barat dan Jalur Gaza seperti yang kita kenal saat ini.

Pada tanggal 15 Mei 1948, Israel didirikan dan keesokan harinya perang terjadi antara negara baru tersebut dengan negara-negara Arab. Perang tersebut berakhir pada bulan Januari 1949 dengan gencatan senjata antara Israel dengan Mesir, Lebanon, Yordania, dan Suriah.

Setelah Israel didirikan, sekitar 150 ribu warga Palestina tetap tinggal di sana. Mereka hidup di bawah pendudukan militer dengan kontrol yang ketat selama 20 tahun sebelum akhirnya diberikan status sebagai warga negara Israel.

Pada tanggal 5 Juni 1967, sisa wilayah Palestina bersejarah termasuk Jalur Gaza dikuasai oleh Israel. Wilayah tersebut meliputi Tepi Barat, Yerusalem Timur, Dataran Tinggi Golan Suriah, dan Semenanjung Sinai Mesir selama Perang Enam Hari melawan koalisi tentara Arab.

Perlawanan atau Intifada pertama kali dilakukan oleh Palestina pada bulan Desember 1987 di Jalur Gaza. Hal ini terjadi setelah empat warga Palestina tewas saat truk Israel bertabrakan dengan dua van yang membawa pekerja Palestina.

Protes ini kemudian menyebar ke Tepi Barat dengan para pemuda Palestina melemparkan batu ke tank dan tentara Israel. Inilah yang menjadi awal terbentuknya gerakan Hamas, yang merupakan cabang dari Ikhwanul Muslimin yang melakukan perlawanan bersenjata terhadap Israel.

Israel tidak tinggal diam dan melakukan berbagai tindakan seperti pembunuhan mendadak, penutupan universitas, deportasi aktivis, dan penghancuran rumah.

Perlawanan tersebut akhirnya berakhir setelah adanya Perjanjian Oslo pada tahun 1993. Pada saat itu, juga dibentuk pemerintah sementara di wilayah pendudukan Tepi Barat dan Jalur Gaza, yaitu Otoritas Palestina (PA).

Perlawanan kedua yang dilakukan oleh Palestina terjadi pada tanggal 28 September 2000. Pada saat itu, pemimpin oposisi dari Partai Likud Israel, Ariel Sharon, melakukan kunjungan provokatif ke kompleks Masjid Al Aqsa.

Konflik pun terjadi dan menewaskan lima warga Palestina serta melukai 200 orang selama dua hari. Selain itu, perlawanan bersenjata juga semakin meluas.

Sejak saat itu, Israel terus melakukan serangan militer berkelanjutan di Gaza, seperti yang terjadi pada tahun 2008, 2012, 2014, dan pada tahun 2021.

Hal ini menyebabkan banyak warga Palestina, termasuk anak-anak, tewas. Selain itu, juga menghancurkan ribuan rumah, sekolah, dan gedung perkantoran.