Serangan Israel di Rumah Sakit Al-Shifa Berbalik Menyerang, Sekutu Marah

by -156 Views
Serangan Israel di Rumah Sakit Al-Shifa Berbalik Menyerang, Sekutu Marah

Serangan pasukan Israel ke Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza kini menjadi senjata makan tuan. Kecaman dunia internasional bertambah dan negara tersebut terancam kehilangan sekutu. Dikutip dari The Guardian, Sabtu (18/11/2023), Israel menghadapi gelombang kecaman internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya, sementara PBB dan badan-badan bantuan menyatakan keprihatinan atas dampak serangan tersebut terhadap staf dan pasien.

Kian besarnya kecaman global dari negara-negara Arab dan Barat menimbulkan pertanyaan tentang berapa lama lagi Israel dapat melanjutkan serangannya dalam menghadapi berkurangnya dukungan internasional. Amerika Serikat (AS), misalnya, menyatakan tak mendukung sama sekali operasi militer atas rumah sakit tersebut, dengan mengatakan bahwa mereka tidak mengizinkan keputusan Israel.

PBB pun angkat berbicara tentang pembantaian di Gaza tersebut, dan ketika tekanan meningkat pada siang hari, Israel mengalah dengan mengumumkan akan mengizinkan konvoi bantuan dalam jumlah tak terbatas melalui penyeberangan Rafah di perbatasan Mesir. Konvoi bantuan dibatasi hanya 30 truk per hari ketika PBB mengatakan dibutuhkan ratusan truk untuk mengurangi kelaparan.
PBB dan badan-badan bantuan menyatakan keprihatinan besar atas penggerebekan rumah sakit tersebut. “Saya terkejut dengan laporan serangan militer di rumah sakit al-Shifa,” kata kepala badan kemanusiaan PBB, Martin Griffiths, pada X. “Perlindungan terhadap bayi baru lahir, pasien, staf medis dan seluruh warga sipil harus mengesampingkan semua kekhawatiran lainnya. Rumah sakit bukanlah medan pertempuran.”

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan badan tersebut kembali kehilangan kontak dengan staf di rumah sakit. “Kami sangat mengkhawatirkan keselamatan mereka dan pasien mereka,” katanya.

Komite Palang Merah Internasional mengatakan mereka “sangat prihatin dengan dampaknya terhadap orang-orang yang sakit dan terluka, staf medis, dan warga sipil”. Philippe Lazzarini, kepala Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina, mengatakan operasi badan tersebut di Gaza berada di ambang kehancuran. “Pada akhir hari ini, sekitar 70% penduduk di Gaza tidak memiliki akses terhadap air bersih,” katanya.

Kecaman global yang ditimbulkan oleh pengambilalihan rumah sakit juga membawa pada terobosan di PBB di New York, dengan AS mencabut ancamannya untuk memveto resolusi baru yang disiapkan oleh Malta yang menyerukan jeda dan koridor kemanusiaan yang luas selama beberapa hari untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan sampai ke warga sipil di Gaza.

Rancangan resolusi tersebut, yang menekankan situasi anak-anak di hampir setiap paragrafnya, “mengharuskan semua pihak untuk menghormati kewajiban mereka berdasarkan hukum internasional, khususnya mengenai perlindungan warga sipil, khususnya anak-anak”. Mereka juga menyerukan Hamas untuk membebaskan sandera.