7.200 Pekerja Pabrik Tekstil Akan Di-PHK Mulai Awal 2023

by -136 Views

Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri manufaktur ternyata masih terjadi. Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) mencatat, jumlah PHK di pabrik-pabrik tempat anggotanya bekerja sudah hampir 57.000 orang. Dan sejak awal tahun 2023, tercatat lebih 7.000-an pekerja industri TPT jadi korban PHK.

Terbaru, pabrik tekstil dan produk tekstil (TPT) di Jawa Barat dikabarkan tutup pada 2 November 2023 lalu.

Penghentian operasi pabrik yang disebut tiba-tiba itu juga menyebabkan nasib pesangon sekitar 700-an karyawan belum jelas. Sebab, pihak Manajemen disebut lebih memilih jalur hukum.

“Dengan PHK ini, menambah jumlah karyawan yang jadi korban PHK di industri TPT nasional sejak awal 2023 menjadi 7.200-an orang, 8 perusahaan,” kata Presiden KSPN Ristadi kepada CNBC Indonesia, dikutip Senin (20/11/2023).

“Namun, kalau ditotal sejak tahun 2022, jumlah PHK di pabrik-pabrik tempat anggota KSPN sudah mencapai 56.976 orang. Ini total 36 perusahaan di Semarang, Pekalongan, Sukoharjo, Magelang, Demak, Karanganyar, provinsi Jawa Barat, dan provinsi Banten,” ungkap Ristadi.

Data itu adalah total PHK sejak tahun 2022 sampai awal tahun 2023. PHK terjadi di pabrik tekstil, garmen, ekspedisi, kulit, mebel, ritel, sepatu, dan sparepart.

Menurut Ristadi, PHK dipicu serbuan produk impor yang menggerus pasar di dalam negeri. Sementara, pabrik berorientasi ekspor terkena efek anjloknya permintaan di tengah tekanan ekonomi global.

Meski pemerintah telah menyatakan bakal memperketat arus masuk barang impor dengan mengubah kebijakan pengawasan dair post border ke border, sampai saat ini tak ada efeknya.

“Jadi, selain otomasi pabrik, serbuan produk impor jadi penyebab utama PHK. Kalau nggak kuat, ya pabrik tutup,” sebutnya.

Untuk itu, dia mendesak langkah konkret dan cepat dari pemerintah untuk membantu industri padat karya di dalam negeri, terutama manufaktur seperti TPT.

“Ada 2 upaya penyelamatan industri tekstil yang mendesak dan harus dilakukan pemerintah segera. Yaitu, upaya penyelamatan industri berbasis pasar lokal dan berorientasi ekspor,” katanya.

Upaya untuk industri orientasi pasar lokal adalah:
1. Stop impor ilegal dan batasi perjanjian perdagangan
2. Operasi pasar barang ilegal
3. Bantuan modernisasi mesin tekstil
4. Kebijakan perbankan dan pajak yang lunak.

Upaya untuk industri orientasi pasar ekspor adalah:
1. Kebijakan pajak, harga energi, serta perizinan yang murah dan cepat
2. Bantu promosi perluasan pasar tekstil di luar Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Sebelumnya, Ristadi mengungkapkan, produsen handuk di Jawa Barat menyatakan pabriknya ditutup pada 2 November 2023 lalu.

“Beberapa hari lalu sepulang kerja, karyawan dikagetkan oleh pengumuman mendadak manajemen PT Wiska Sumedang yang menutup pabriknya (2 november 2023). Pabrik berorientasi pasar ekspor dan lokal, memproduksi varian handuk. Merek Hayashi diekspor ke Jepang, merek Superior dan Wiska di pasar lokal,” ujarnya.

“PT Wiska ada di tiga lokasi dengan jumlah karyawan tersisa sekitar 700-an pekerja, sebelumnya jumlahnya ribuan pekerja. Sudah PHK bertahap,” pungkas Ristadi.