Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) telah mengungkap rencana baru di Eropa. Kepala logistik NATO mendesak negara-negara di Eropa untuk membentuk zona “militer Schengen”. Tujuannya adalah untuk memungkinkan pergerakan cepat pasukan, peralatan, dan amunisi untuk memenangkan serangan jika terjadi perang dengan Rusia.
Letnan Jenderal Alexander Sollfrank menyatakan, “Kita kehabisan waktu.” Ia bertanggung jawab atas Komando Dukungan dan Pengaktifan Gabungan (JSEC) NATO, sebuah fasilitas di kota Ulm, Jerman. Namun, pergerakan personel dan material blok tersebut terhambat oleh peraturan tingkat nasional.
Sollfrank menyarankan negara-negara Eropa harus membentuk zona “Schengen militer” untuk mengatasi masalah ini. Hal itu mengacu pada perjanjian yang memungkinkan perjalanan gratis antara sebagian besar negara UE.
Ben Hodges, pemimpin Angkatan Darat AS di Eropa hingga tahun 2017, juga mengakui bahwa NATO tidak memiliki kapasitas transportasi atau infrastruktur yang cukup untuk memungkinkan pergerakan cepat pasukan di seluruh Eropa.
Saat ini, NATO memiliki 10.000 tentara di delapan kelompok tempur yang ditempatkan di seluruh Eropa Timur. Mereka berencana untuk mendukung pasukan yang dikerahkan di garis depan dengan 300.000 tentara cadangan yang bersiaga tinggi.
Meskipun Rusia telah berulang kali memperingatkan bahwa NATO telah menjadikan dirinya peserta de facto dalam konflik Ukraina dengan memberikan senjata, pelatihan, dan intelijen kepada Kyiv, Moskow tidak mengancam blok tersebut dengan perang. Namun, Sollfrank berpendapat bahwa NATO harus mempersiapkan diri menghadapi konflik semacam itu.
Artikel Selanjutnya
Mimpi Buruk Putin Baru Dimulai, Rusia Terkepung NATO di Eropa
(sef/sef)