Pemberontakan Anti-Junta Terjadi di Myanmar Akibat Konflik Etnis yang Memburuk

by -138 Views

Pemberontakan melawan junta militer di Myanmar sedang terjadi. Secara diam-diam, tentara etnis yang secara kolektif dikenal sebagai Aliansi Tiga Persaudaraan, sedang melancarkan serangan anti-junta.

Tentara etnis Aliansi Tiga Persaudaraan sedang menjalankan Operasi 1027, sebuah serangan besar yang diluncurkan pada bulan Oktober. Serangan tersebut telah menjadi ancaman paling signifikan bagi rezim tersebut sejak mereka merebut kekuasaan melalui kudeta tahun 2021.

“Kami sudah bersiap untuk operasi tersebut ketika kami bertemu dengan mereka,” kata Kyaw Naing, juru bicara Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA), sebuah kelompok yang sebagian besar beretnis Tionghoa dan merupakan bagian dari koalisi pemberontak.

Menurut laporan Reuters, serangan masih berlangsung. Unsur-unsur perencanaan yang sebelumnya tidak dilaporkan, termasuk rincian pembentukan brigade terpadu di medan perang dan tingkat ketidaksabaran China terhadap junta, telah diungkapkan.

Operasi 1027 telah menghasilkan kemenangan bagi aliansi tersebut dan kelompok lain yang memerangi militer junta. Junta menindak protes setelah kudeta, memicu pemberontakan akar rumput dan memicu kembali konflik dengan beberapa kelompok etnis.

Militer, yang dikenal sebagai Tatmadaw, telah memerintah Myanmar selama lima dari enam dekade terakhir. Tentaranya ditakuti karena kebrutalan dan taktik bumi hangus yang mereka gunakan. Menurut empat pejabat pemberontak, dua anggota Aliansi Tiga Persaudaraan bersama lima kelompok bersenjata lainnya membentuk Brigade 611 baru pada awal tahun 2022.

Operasi tersebut terjadi di tengah meningkatnya kemarahan di Beijing terhadap junta atas merajalelanya kejahatan di perbatasan, yang menciptakan kondisi yang mendukung serangan kilat tersebut. China, sekutu utama junta, merasa gusar dengan ketidakmampuan Myanmar menutup pusat penipuan online di sepanjang perbatasan yang telah menjadi momok di Asia Tenggara.

Pusat-pusat penipuan tersebut telah menjadi tantangan keamanan publik yang besar bagi China. Para pejabat China menyampaikan ultimatum di Beijing pada September ini kepada rekan-rekan mereka di Myanmar: hilangkan kompleks tersebut atau China akan melakukannya.

Banyak pusat penipuan yang terjebak dalam pertempuran baru-baru ini, sehingga banyak warga negara asing yang terjebak dapat melarikan diri. Junta Myanmar, serta Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Keamanan Publik China belum buka suara terkait hal ini.