Oleh Prabowo Subianto [dikutip dari Buku 2 Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto]
“Kita semua tahu bahwa Kuba yang dipimpin Castro sangat berorientasi komunis. Namun tidak dapat disangkal bahwa pemerintahan Castro sangat nasionalis. Saya juga menemukan banyak kualitas pribadi Castro yang layak untuk ditiru. Misalnya, dia pemimpin yang bekerja dengan jam kerja yang sangat panjang. Dia rakus akan pengetahuan. Dia memiliki karisma yang legendaris dan merupakan orator yang luar biasa. Tapi mungkin yang paling penting, dia menjalani gaya hidup perjuangan yang sangat keras, menghindari kekayaan dan sebagian besar ornamennya.”
Seperti beberapa tokoh lain yang saya tulis dalam buku ini, saya tidak setuju dengan pandangan politik Fidel Castro. Namun karena kekuatan kepribadiannya, saya sangat mengagumi Castro.
Castro lahir di luar ikatan pernikahan ayahnya pada tahun 1926. Ia adalah anak yang luar biasa. Pada usia 19 tahun, ia pindah untuk ke sekolah di Havana, di mana ia menemukan ia tidak punya potensi akademis yang baik. Namun dia adalah seorang atlet terkenal dan, pada waktu itu, berpotensi ikut liga bisbol profesional di Amerika Serikat.
Namun, Castro tidak jadi atlet bisbol. Saat berkuliah, Castro mulai terkenal sebagai agitator mahasiswa yang sangat aktif. Dia juga dikenal aktivis kiri, aktivis yang sering berbicara tentang tulisantulisan Marx, Engels, dan Lenin. Sebagai aktivis kiri, ia sensitif terhadap perjuangan kelas. Akhirnya ia berpartisipasi dalam aksi aktivisme dengan kekerasan pada tahun 1950.
Sebagai seorang agitator, Castro pernah bertemu dengan Jenderal Fulgencio Batista. Komunikasi mereka baik, meskipun tidak pernah mengarah pada kerja sama. Pada tahun 1952, Batista merebut kekuasaan Kuba dalam sebuah kudeta dan menjadi diktator.
Merasa kehilangan haknya untuk berpendapat, Castro memfokuskan agitasinya melawan “orang kuat yang baru Kuba” yaitu Batista. Ia membentuk kelompok yang disebut “Gerakan,” dan menggunakan sistem sel rahasia untuk mempersenjatai dan melatih anggota gerakan anti-Batista-nya.
Pada akhir tahun yang sama, Castro mulai merumuskan skema gerakan gerilya bersama 152 pengikutnya. Pada Juli 1953, ia menyerang sebuah pangkalan militer — yang akhirnya gagal besar. Mencoba melarikan diri ke pegunungan Sierra Maestra, Castro dan sebagian besar anak buahnya berhasil ditangkap oleh pasukan Batista. Banyak pengikut Castro dieksekusi. Castro divonis 15 tahun penjara.
Setelah kurang dari dua tahun di penjara, Batista menilai Castro tidak berbahaya, dan membebaskannya. Ini adalah kesalahan besar bagi Batista, karena Castro segera mengatur serangkaian pemboman dan demonstrasi dengan kekerasan. Ketika tentara Batista mulai menindak, Castro melarikan diri ke Meksiko. Castro diam-diam kembali pada bulan Desember 1956 untuk membangun pangkalan gerilya di wilayah Sierra Maestra.
Pada tahun berikutnya, gerilyawan Castro mulai menambah daftar kemenangan mereka. Pada tahun 1958, Batista berhasil dibuat berada di bawah tekanan dan memilih untuk melarikan diri dari negara Kuba. Pelarian Batista membuat Castro memasuki Havana dengan kemenangan, dan pada Februari 1959 dilantik sebagai Perdana Menteri.
Kita semua tahu bahwa Kuba yang dipimpin Castro sangat berorientasi komunis. Namun tidak dapat disangkal bahwa pemerintahan Castro sangat nasionalis. Saya juga menemukan banyak kualitas pribadi Castro yang layak untuk ditiru. Misalnya, dia pemimpin yang bekerja dengan jam kerja yang sangat panjang. Dia rakus akan pengetahuan. Dia memiliki karisma yang legendaris dan merupakan orator yang luar biasa. Tapi mungkin yang paling penting, dia menjalani gaya hidup perjuangan yang sangat keras, menghindari kekayaan dan sebagian besar ornamennya. Selama hampir empat dekade, dia hanya mengenakan seragam hijau zaitun yang menjadi ciri khasnya. Gaya hidup sederhana seperti itu tidak mudah untuk ditiru.”