Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov telah mengeluarkan peringatan kepada negara-negara yang bersiap menghadapi potensi perang dengan Rusia. Berbicara pada konferensi pers di markas besar PBB di New York City pada Rabu (24/1/2024), Lavrov mengomentari seruan banyak negara Barat yang telah mengantisipasi potensi konflik dengan Rusia di tahun-tahun mendatang, dengan mengatakan bahwa ia berharap “mereka yang memperingatkan mengenai perlunya untuk mempersiapkan perang dengan Rusia masih memiliki naluri mempertahankan diri.” Lavrov tampaknya merujuk pada peringatan dari beberapa anggota NATO bahwa ketegangan yang meningkat seputar perang di Ukraina dapat meluas ke wilayah lain di Eropa Timur.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah memperingatkan bahwa jika AS tidak dapat terus mendukung pertahanan Ukraina melawan invasi Rusia, maka Washington akan melakukan hal yang sama dan negara-negara Barat berisiko terseret ke dalam perang dengan Moskow “secara langsung.” “Kami tidak punya keinginan, kebutuhan, baik militer, politik, maupun ekonomi, untuk menyerang siapapun di manapun,” kata Lavrov, menurut laporan dari surat kabar Rusia Pravda, sebagaimana dikutip Newsweek.
Kremlin sebelumnya telah menepis kekhawatiran mengenai konflik di masa depan dengan Barat, termasuk setelah laporan awal tahun ini oleh surat kabar Jerman Bild, yang mengatakan bahwa, menurut dokumen rahasia yang ditinjau oleh media tersebut, Berlin sedang mempersiapkan angkatan bersenjatanya untuk menghadapi serangan di masa depan oleh Moskow. Menlu Rusia saat itu, Maria Zakharova, membandingkan prediksi tersebut dengan “horoskop yang hebat”. Dewan Hubungan Luar Negeri Jerman juga memperkirakan pada November bahwa NATO harus bersiap menghadapi perang besar dengan Rusia dalam waktu lima hingga sembilan tahun. Badan Intelijen Luar Negeri Estonia merilis sebuah laporan bulan lalu yang menyebutkan jangka waktu tersebut adalah tiga hingga lima tahun, menambah kekhawatiran bahwa negara-negara Baltik akan menghadapi perang besar dengan Rusia.
Adapun negara-negara selain blok Barat-Estonia, Latvia, dan Lithuania-dianggap sebagai “bagian NATO yang paling rentan” oleh Kremlin. Sementara itu, NATO telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan pertahanannya dalam beberapa bulan terakhir. Aliansi ini mengumumkan rencana operasi “Steadfast Defender 2024” yang merupakan latihan militer terbesar NATO sejak Perang Dingin. Latihan tersebut akan melibatkan 90.000 tentara sekutu dan ditempatkan di Polandia, yang berbatasan dengan Rusia, lokasi latihan juga ditetapkan di negara-negara Baltik dan sekutu Eropa lainnya, meskipun NATO tidak mengidentifikasi ancaman spesifik apapun yang memicu latihan tersebut.
Sejumlah sekutu Barat juga bersatu awal bulan ini untuk membeli hingga 1.000 rudal Patriot dalam upaya memperkuat sistem pertahanan udara Eropa. Kontrak senilai US$5,6 miliar tersebut ditandatangani oleh Jerman, Belanda, Rumania, Spanyol, dan negara-negara lain.