Qatar mengecam tindakan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang mereka anggap menghalangi perundingan gencatan senjata serta pembebasan sandera dengan Hamas demi keuntungan politik pribadi.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari, menyatakan bahwa pemerintahannya “terkejut” dengan bocoran pernyataan yang diduga dibuat oleh Netanyahu. Dalam pernyataan tersebut, Netanyahu dikritik karena mengkritik upaya mediasi Qatar atas perang di Gaza.
Ansari juga menambahkan bahwa komentar Netanyahu adalah “tidak bertanggung jawab dan merugikan” tetapi “tidak mengherankan”.
Pernyataan Ansari muncul sebagai tanggapan atas rekaman pertemuan tertutup Netanyahu dengan anggota keluarga sandera awal pekan ini yang diperoleh Channel 12 Israel, di mana ia dilaporkan mengatakan peran Qatar dalam proses mediasi “bermasalah”.
PM Israel tersebut diduga mengatakan kepada kerabatnya bahwa dia sengaja tidak berterima kasih kepada Doha atas upayanya hingga saat ini. Ia juga telah menyatakan kemarahannya terhadap Amerika Serikat (AS) karena memutuskan untuk mempertahankan pangkalan militer di negara minyak semi-demokratis tersebut.
Kantor Netanyahu belum memberikan tanggapan atas pertikaian publik tersebut. Israel sebelumnya mengancam akan mempersulit perundingan mengenai bantuan, gencatan senjata, serta pembebasan sekitar 130 sandera yang diyakini masih disandera di Jalur Gaza.
Qatar, bersama dengan Mesir dan AS, telah berperan sebagai mediator utama dalam serangan selama tiga bulan di Gaza. Doha sebelumnya berhasil mengamankan gencatan senjata selama seminggu pada November 2023. Ini membebaskan lebih dari 100 sandera sebagai ganti 240 wanita dan anak-anak yang ditahan di penjara-penjara Israel.