Kamar hotel di Canggu, Bali terus bertambah. Bahkan, menurut Pendiri & CEO OXO Johannes Weissenbaeck, penambahan kamar hotel baru ini bisa menyebabkan kelebihan pasokan atau oversupply.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan awal pandemi Covid-19 yang menghantam sektor pariwisata di Indonesia, termasuk Bali. Ribuan kamar hotel di Bali dilaporkan tutup akibat kebijakan pembatasan aktivitas selama pandemi.
“Tiga tahun lalu, di Canggu tersedia 3.800 kamar, sekarang sekitar 5.200 kamar. Tahun depan hampir 6.000, artinya naik 2 kali lipat. Dalam 3-4 tahun, hal tersebut pasti akan menjadi isu,” kata Johannes pada Senin (26/2/2024).
Meski demikian, Johannes mengaku tidak masalah jika terjadi oversupply kamar hotel. Baginya, pengembang seharusnya sudah memiliki strategi untuk menarik tamu dan turis.
“Bagi saya, oversupply bukan masalah. Okupansi kami sekarang 68%, cukup bagus, sedangkan standar Bali 61%,” ujar Johannes.
Pengembang berharap dapat menarik turis tidak hanya dari kalangan lokal, tetapi juga turis asing. Banyak turis yang memilih Bali sebagai tempat kerja sejak awal pandemi, dan situasi tersebut terus berlanjut hingga sekarang. Konflik di beberapa negara juga membuat Bali menjadi destinasi yang lebih dicari.
“Peluang remote working membuat banyak orang bekerja dari mana saja, apalagi biaya hidup di Bali lebih murah dibanding kota-kota lain di dunia. Banyak market feeder seperti Singapura yang datang ke Bali, ditambah konflik di Rusia-Ukraina membuat banyak orang pindah ke Bali,” jelas Johannes.
Situasi tersebut membuat pasar properti di Bali kembali hidup belakangan ini. Meskipun banyak orang dari Jakarta ingin membeli properti di Bali selama pandemi, harga properti di Bali tetap stabil. Pasar properti di Bali terbukti kuat dan tidak mengalami kehancuran seperti di Eropa dan Amerika Serikat.
Itulah ulasan mengenai penambahan kamar hotel di Canggu, Bali yang bisa menyebabkan oversupply dan situasi pasar properti di Bali belakangan ini.