Jakarta, CNBC Indonesia – Pasukan Pengawal Revolusi Iran, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), menyatakan bahwa pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, tewas akibat tembakan proyektil jarak pendek yang ditembakkan dari luar kediamannya.
Mereka juga berjanji akan memberikan hukuman yang keras atas pembunuhan tersebut, seperti yang dilansir oleh Al Jazeera, Sabtu (3/8/2024).
Ismail Haniyeh meninggal pada Rabu (31/7) dinihari waktu setempat saat ia sedang beristirahat di Teheran, Iran.
Sebelumnya, media pemerintah Iran dan Hamas mengindikasikan bahwa Haniyeh meninggal akibat serangan roket yang ditembakkan dari luar gedung tempat ia tinggal.
Juga diketahui bahwa kematian Haniyeh disebabkan oleh sebuah bom yang telah diselundupkan ke dalam wisma tempat tinggalnya di bawah pengawalan Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC).
Hal ini pertama kali dilaporkan oleh The New York Times. Media tersebut menyebutkan bahwa kematian Haniyeh dan pengawalnya disebabkan oleh ledakan bom canggih yang dikendalikan dari jarak jauh.
Bom tersebut diselundupkan sekitar dua bulan yang lalu ke dalam kamar pemimpin Hamas di wisma tempat tinggalnya di Teheran.
Laporan tersebut mengutip seorang pejabat Amerika Serikat (AS) dan tujuh pejabat Timur Tengah, termasuk dua anggota Korps Garda Revolusi Islam Iran.
Tak hanya itu, para pejabat dari AS dan Timur Tengah juga menyatakan bahwa Israel berada di balik pembunuhan tersebut.
Di sisi lain, perkembangan perang di Gaza yang terjadi sejak 7 Oktober 2023 telah menelan korban sebanyak 39.550 orang tewas dan 91.280 lainnya terluka. Diperkirakan sebanyak 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin oleh Hamas pada 7 Oktober serta lebih dari 200 orang ditawan.
(dce)