Lebih dari 10.000 Orang Tewas dalam Perang Gaza dengan 10 Update Bulanan

by -155 Views

Hari ini tepat satu bulan setelah serangan Israel terhadap Jalur Gaza terjadi. Serangkaian serangan Israel telah menyebabkan ribuan orang menjadi korban, dan terus berlanjut hingga ke wilayah Tepi Barat (West Bank), bahkan telah meluas ke negara-negara sekitarnya. Berikut adalah update terkait perang di Timur Tengah tersebut, seperti yang dikutip oleh CNBC Indonesia dari berbagai sumber pada Selasa (7/11/2023). Jumlah korban tewas lebih dari 10 ribu orang. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dalam waktu kurang dari sebulan, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 10.000 orang di Gaza dan melukai lebih dari 25.000 lainnya. Data juga menyatakan bahwa setidaknya 10.022 warga Gaza telah terbunuh, termasuk 4.104 anak-anak dan 2.641 wanita.
Sebanyak 164 warga Palestina telah tewas di Tepi Barat yang diduduki sejak 7 Oktober, termasuk empat tahanan yang meninggal dalam tahanan Israel, dan lebih dari 2.200 orang telah ditahan. Dari jumlah tersebut, 89 orang yang bekerja di badan pengungsi Palestina PBB (UNRWA) termasuk di antara korban tewas. Korban tewas di Israel hampir 1.600 orang, dengan 31 tentara yang tewas sejak mereka mulai memperluas operasi darat di Gaza pada 27 Oktober. Selain itu, dua jurnalis Palestina menjadi korban serangan pasukan Israel terhadap warga sipil di Jalur Gaza pada Selasa, sehingga jumlah total jurnalis yang terbunuh sejak 7 Oktober menjadi 49 orang.
Di samping itu, beberapa negara juga mulai menarik diplomat mereka ketika Israel meningkatkan serangannya di Jalur Gaza, sebagai tanggapan atas meningkatnya jumlah korban warga Palestina dan memburuknya kondisi kemanusiaan di wilayah kantong yang terkepung tersebut.
Lebih banyak truk bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza. Perhimpunan Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) telah menerima lebih banyak truk bantuan melalui penyeberangan Rafah per Senin (6/11/2023). “Kemarin tim Bulan Sabit Merah Palestina menerima 93 truk bantuan dari Bulan Sabit Merah Mesir melalui penyeberangan Rafah. Truk-truk ini membawa perbekalan penting seperti makanan, air, barang bantuan, peralatan medis, dan obat-obatan,” tulis PRCS melalui postingan di X. Dengan kurangnya bahan bakar di Palestina yang diperlukan untuk menggerakkan generator rumah sakit serta ambulans dan truk bantuan, beberapa rumah sakit di Gaza kehabisan bahan bakar.
Menyusul wawancara dengan ABC News pada hari Senin, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan bahwa pasca-perang, tentara Israel akan memiliki “kebebasan mutlak” untuk bertindak di Gaza tanpa batasan operasi. Berbicara pada sesi khusus Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Knesset, menteri pertahanan Israel menambahkan: “Sistem keamanan di bawah kepemimpinan saya terfokus pada dua hal utama: kemenangan dalam perang dan pengembalian sandera.” Gallant juga mengatakan bahwa Hamas tidak akan ada sebagai “organisasi militer dan penguasa di Gaza”, dan menambahkan bahwa “tidak akan ada ancaman keamanan terhadap Israel” dari Jalur Gaza.
Seorang menteri Iran juga menyerukan Dewan Keamanan PBB untuk mengambil “tindakan segera dan tanpa henti untuk melucuti senjata rezim barbar dan apartheid ini”. Israel juga mengheningkan cipta untuk memperingati satu bulan serangan Hamas yang terjadi pada 7 Oktober lalu, yang menurut para pejabat menewaskan lebih dari 1.400 orang. Juga diketahui bahwa Yunani, yang dulunya pro-Palestina, kini menjadi salah satu sekutu terdekat Israel di Eropa.