Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa ekonomi China masih mengalami pelemahan pada akhir tahun ini. Hal ini disampaikan dalam APBN Kita pada Jumat, 15 Desember 2023.
Menurut Sri Mulyani, kondisi pelemahan China belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan hingga akhir tahun 2023. Faktor-faktor struktural seperti penuaan angkatan kerja dan krisis properti masih menjadi beban bagi ekonomi Tiongkok.
Pada Sabtu, 9 Desember 2023, China merilis data Consumer Price Index (CPI) dan Producer Price Index (PPI) yang mengalami deflasi. CPI China mengalami deflasi sebesar 0,5% year on year (yoy), sementara PPI China juga mengalami deflasi sebesar 3% yoy pada bulan November 2023. Data deflasi ini mengindikasikan bahwa ekonomi China sedang tidak stabil dan berpotensi memberikan dampak negatif bagi ekonomi Indonesia, termasuk nilai tukar rupiah.
Indeks harga produsen pada bulan November juga menunjukkan penurunan sebesar 3,0% secara tahunan, lebih dalam dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Penurunan ini terjadi selama 14 bulan berturut-turut dan merupakan penurunan terdalam sejak Agustus. Data perdagangan dan survei manufaktur yang beragam telah memicu seruan untuk memberikan dukungan kebijakan lebih lanjut guna mendukung pertumbuhan.
Perekonomian China telah menghadapi berbagai hambatan, termasuk peningkatan utang pemerintah daerah, lesunya pasar perumahan, dan melemahnya permintaan dalam negeri maupun luar negeri. Sri Mulyani mengingatkan agar setiap pihak waspada terhadap perkembangan ekonomi global, termasuk China.