Ujian Berat Ekonomi RI Menanti karena Prabowo-Gibran Belum Dilantik

by -133 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia akan memiliki pemimpin negara baru pada bulan Oktober mendatang. Beberapa tantangan ekonomi akan segera dihadapi oleh Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih 2024 – 2029.

Kondisi pasar keuangan saat ini sedang terguncang, terlihat dari nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang saat ini telah jatuh ke level Rp 16.400-an. Begitu juga IHSG telah turun ke level 6.800-an.

Salah satu pemicunya adalah kekhawatiran investor terhadap pengelolaan fiskal di era pemerintahan baru. Rumor yang beredar, UU Keuangan Negara akan diubah sehingga memungkinkan pemerintah menetapkan defisit APBN di atas 3% PDB dan mendorong kenaikan utang.

Menurut Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga merespons terkait apakah ini menjadi alarm bagi presiden terpilih?

“Alarm itu kalau kita lihat defisit anggaran di negara-negara EU,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di kantornya, Jakarta, dikutip Minggu (23/6/2024).

Airlangga menjelaskan rata-rata defisit anggaran di Eropa adalah 5-7%, antara lain Jerman, Italia dan Prancis. Di luar Eropa juga tidak sedikit negara dengan defisit anggaran tinggi atau di atas Indonesia yang sebesar 3% terhadap PDB.

“Pemerintah menganggap isu soal defisit 2025 yang akan membengkak itu tak perlu dibesar-besarkan dan tak perlu dijadikan faktor yang membuat keresahan. Sebab, ia kembali menekankan bahwa komitmen pemerintah untuk menjaga level defisit sesuai batas aman UU Keuangan Negara akan terus dipatuhi.

Ketua Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming saat Pilpres 2024 memberi bukti bahwa pemerintahan mendatang akan tetap menjaga defisit sesuai UU. Terlihat dari rentang defisit yang telah disodorkan dalam rapat pembahasan RAPBN 2025 dengan DPR saat ini di level 2,4%-2,8%.

Tidak hanya gonjang ganjing di sektor pasar keuangan, tetapi sektor riil seperti ketenagakerjaan juga menunjukkan tanda-tanda kurang baik. PHK massal banyak terjadi di sektor tekstil atau garmen hingga e-commerce.

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) Ristadi mengungkapkan, gelombang PHK di industri tekstil nasional masih terus berlangsung. Dia menyebutkan, setidaknya ada 13.800 orang pekerja pabrik TPT yang jadi korban PHK sejak awal tahun 2024.

Badai PHK juga terjadi pada sektor teknologi dan informasi. Salah satunya adalah perusahaan hasil penggabungan Tokopedia dan TikTok Shop yang mengumumkan kebijakan PHK. Namun, jumlah pekerja yang terkena PHK tidak dipublikasikan.

[luc/luc]