Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2024 mengalami peningkatan menjadi Rp 609,7 triliun atau setara dengan 2,7% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit ini melonjak karena belanja negara yang mencapai Rp 3.412,2 triliun, melebihi target dalam APBN 2024 sebesar Rp 3.325,1 triliun. Sementara itu, pendapatan negara tetap sesuai dengan target APBN sebesar Rp 2.802,5 triliun.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa defisit tersebut akan ditutup dengan menggunakan saldo anggaran lebih (SAL) yang telah dikumpulkan sejak 2022-2023 sebesar Rp 100 triliun. Total pembiayaan untuk menutup defisit akan melibatkan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 214,6 triliun, dengan sisa yang berasal dari SAL.
SAL menjadi sangat penting dalam pengelolaan APBN sebagai bantalan pengaman fiskal untuk melindungi perekonomian dan masyarakat di tengah kondisi global yang penuh tekanan. Sri Mulyani juga menjelaskan bahwa posisi SAL pada akhir 2023 mencapai Rp 454,5 triliun, setelah mengalami penurunan dari Rp 478,9 triliun pada awal tahun tersebut.
Pemerintah berupaya untuk menjaga kestabilan perekonomian dengan memanfaatkan SAL dan mengatur penerbitan SBN agar tetap terkendali. Sri Mulyani menegaskan bahwa meskipun defisit anggaran naik, penerbitan SBN tetap dapat dikendalikan untuk menjaga daya saing dan yield SBN tanpa tekanan yang berlebihan.